”Padahal, sampai 1990-an, nelayan di Samas kerap memburu penyu untuk dijual daging dan telurnya,” ujar Rujito seperti dikutip Kompas.com.
Rujito dulu juga pemburu penyu.
Saat tak melaut, dia bersama teman-temannya sering nongkrong di pinggir laut, menunggu penyu yang naik ke pantai untuk bertelur.
”Biasanya kami tangkap penyu setelah bertelur. Dagingnya kami ambil, kepalanya kami buang lagi ke laut,” tuturnya.
Kesadaran Rujito baru berubah ketika dia diajak berdiskusi dengan sejumlah pihak, termasuk peneliti penyu dari sebuah universitas terkemuka di Yogyakarta.
Selain untuk melestarikan penyu, kolam konservasi di Pantai Samas juga dikelola menjadi objek wisata dan tempat pendidikan bagi banyak pihak.
Para turis domestik dan asing sering berkunjung ke sana mengamati perilaku penyu.
Mahasiswa dan pelajar dari sejumlah wilayah di DIY juga kerap belajar soal kehidupan penyu di Samas.
Beberapa tahun terakhir, pelepasliaran tukik di Pantai Samas menjadi atraksi yang menarik minat banyak orang.
”Sejak 2001, sudah sekitar 4.000 penyu yang dipelihara lalu dilepasliarkan di pantai ini,” ujar Rujito.(*)