Dia datang langsung ke Istana Presiden, pagi hari 9 November, saat acara penerimaan gelar pahlawan. Hindarto menyampaikannya di depan Ibu Tien Soeharto, Ny Sutrisno, dan Presiden Soeharto.
Pelakunya adalah seorang pria berinisial AMD (20). Dia bekerjasama dengan tukang kebun Basuki, WHY. Makanya tahu benar seluk beluk rumah maestro lukis Indonesia itu. Soeharto menyalami Hindarto seusai berbicara.
Keesokan harinya, semua media, termasuk Kompas, menulis pelaku pembunuhan terungkap setelah ada informasi dari seorang preman mabuk di Kalijodo, Jakarta Barat.
Preman itu menceritakan soal persekongkolan AMD dan WHY. Itu pencurian biasa. Pembunuhan terjadi karena AMD tepergok Basuki.
Tetapi semua media luput menulis tentang Leo. Seekor anjing German Shepherd (herder) yang ikut membantu mengungkap kasus itu.
Sejak awal melacak di tempat kejadian perkara (TKP), Leo sudah tahu pembunuhnya adalah orang dekat.
Handler-nya saat itu adalah Muhyi yang baru berpangkat Sersan Dua (Bripda). Kini Muhyi sudah berpangkat Ajun Komisaris dan menjabat Kanit Satwa di Unit K-9 Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya. Leo sudah lama mati saat Muhyi menceritakan ini di ruang kerjanya, Rabu (4/2/2015).
Sejak datang ke rumah Basuki petang harinya, Leo yang baru berusia dua tahun diperintah melacak berbagai jejak. Popor senapan, darah dan beberapa benda lain.
Leo berulang kali mengulang. Dari jejak-jejak itu, Leo hanya berjalan ke satu arah dan selalu berhenti di ruang istirahat pembantu.
Rupanya dia mencium bau WHY. Di hari-hari menjelang aksinya, WHY memang tinggal di tempat yang sama dengan AMD. Makanya walau AMD yang datang mencuri dan membunuh, bau WHY tetap tercium oleh Leo.