Akibat pembunuhan ini, lukisan diri BJ Habibie tak pernah rampung. Saat Basuki dibunuh, BJ Habibie sedang memesan lukisan ke Basuki. Tetapi pesanannya baru selesai 50 persen.
Bahkan siang hari sebelum pembunuhan, Basuki Abdullah baru membeli buku-buku tentang Habibie. Dia perlu membaca itu untuk memahami betul karakter Habibie.
Empat hari setelah Basuki dimakamkan, pelakunya tertangkap di Cicurug, Sukabumi. Harian Kompas tanggal 10 November 1993, menulis Kapolda Metro Jaya melaporkan penangkapan itu ke Presiden Soeharto.
Dia datang langsung ke Istana Presiden, pagi hari 9 November, saat acara penerimaan gelar pahlawan. Hindarto menyampaikannya di depan Ibu Tien Soeharto, Ny Sutrisno, dan Presiden Soeharto.
Pelakunya adalah seorang pria berinisial AMD (20). Dia bekerjasama dengan tukang kebun Basuki, WHY. Makanya tahu benar seluk beluk rumah maestro lukis Indonesia itu. Soeharto menyalami Hindarto seusai berbicara.
Keesokan harinya, semua media, termasuk Kompas, menulis pelaku pembunuhan terungkap setelah ada informasi dari seorang preman mabuk di Kalijodo, Jakarta Barat.
Preman itu menceritakan soal persekongkolan AMD dan WHY. Itu pencurian biasa. Pembunuhan terjadi karena AMD tepergok Basuki.
Tetapi semua media luput menulis tentang Leo. Seekor anjing German Shepherd (herder) yang ikut membantu mengungkap kasus itu.
Sejak awal melacak di tempat kejadian perkara (TKP), Leo sudah tahu pembunuhnya adalah orang dekat.
Handler-nya saat itu adalah Muhyi yang baru berpangkat Sersan Dua (Bripda). Kini Muhyi sudah berpangkat Ajun Komisaris dan menjabat Kanit Satwa di Unit K-9 Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya. Leo sudah lama mati saat Muhyi menceritakan ini di ruang kerjanya, Rabu (4/2/2015).
Source | : | Kompas.com,intisari |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar