Antrean warga mengular di sejumlah mesin ATM, juga di bank-bank, warga beramai-ramai menarik uang dari rekening masing-masing.
"Beberapa tempat penjualan bahan pokok atau sembako banyak yang tutup, harga juga naik," kata dia menceritakan kondisi di Kabul.
"Saya 15 [Agustus] pagi masih berangkat bekerja dan melihat situasi di jalan yang luar biasa dari apa-apa yang saya pernah lihat di tahun-tahun sebelumnya, atau selama Juli," ungkap dia lagi.
Mengaku sempat khawatir, setelah kekuasaan kembali jatuh ke tangan Taliban, kekerasan puluhan tahun silam akan berulang.
Apalagi menurutnya, sebagian warga Afghanistan kian berani menunjukkan dukungan terhadap Taliban.
"Begitu tahu pasukan Taliban ada di batas pinggir Kota Kabul, bukan cuma kami aja yang panik, semua, seluruh penduduk panik," paparnya.
"Bayangin, Kabul itu jalan-jalannya tidak beraturan, jalan-jalan kecil, jalan besar juga semrawut, jalannya juga tidak bagus. Semua turun ke jalan untuk kabur menyelamatkan diri. Tapi sebenarnya mau menyelamatkan diri ke mana? Sekeliling Kota Kabul itu sudah dikuasai sama Taliban," ucap dia lagi.
Usai merebut ibu kota dan menduduki Istana Kepresidenan, pasukan Taliban melakukan patroli ke rumah-rumah penduduk.
"Ya memang sih kami dicek tiap rumah, diketok pintunya, 'bagaimana kondisinya kalian? Baik, sehat? Pihak laki-lakinya di sini apa pekerjaannya?'," ungkap dia sambil menirukan.
"Mungkin mereka [Taliban] akan mencari tahu apakah penghuni yang mereka patroli itu adalah bagian dari personel pemerintah, kayak gitu," sambung dia.