"Saya juga mengoleksi keris dari daerah asal saya lahat, namanya kris pokal, biasanya kalau orang semendo di kampung-kampung mengoleksi keris ini, terutama para keturunan pasirah, kemudian biasanya diberi keris ini," ungkapnya.
Kemudian ia juga mengoleksi mandau Bedung atau senjata tradisional Masyarakat Musi Banyu Asin (Muba), ia mendapatkan pusaka tersebut pemberian dari keluarga istrinya.
"Mandau ini dalam tradisi lamaran (sekayu), biasanya dalam tradisi lamaran selalu disertakan, parang ini sepasang, ada laki-laki dan perempuan, pusaka ini tujuannya sebagai parlindungan untuk keluarga," ujarnya.
Ia bercerita mulai tertarik mengoleksi benda pusaka sejak tahun 1996 yang berawal dari hobi koleksi mulai dari perangko, uang kuno hingga akhirnya karena ia merupakan salah satu keturunan pangeran di wilayah Kikim Lahat banyak diwariskan benda pusaka.
"Ditambah keluarga ibu saya juga hobby benda pusaka, dan istri saya juga keturunan pasirah pada masa itu, sehingga saya banyak diserah terimakan benda pusaka," ungkapnya.
Sejak saat itu ia mulai mengoleksi berbagai benda pusaka, kemudian ia pun mulai mencari -cari benda pusaka lainnya lewat Facebook sehingga timbul komunikasi dengan teman-temannya dan akhirnya mulai banyak orang menitipkan pusaka padanya.
"Keris yang mereka anggap punya historis mereka tidak sanggup merawatya, akhirnya mereka titipkan kepada saya, alhamdulillah total keris saja ada 51 pusaka," ujarnya.
Source | : | Kompas.com,Tribunsumsel.com,Sripoku |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar