Gridhot.ID -Terjadi lagi, kasus rombongan remaja buat konten menghentikan truk kembali memakan korban.
Dilansir Tribunewsbogor.com pada Rabu (15/9/2021), Siswaji Priatmoko di grup Facebook Komunitas Dashcam Indonesia membagikan video yang membuat semua orang tua mengelus dada miris.
"Nilai sendiri! Demi konten!"
"Jaga anggota keluarga kita terutama yang masih punya anak atau saudara yang ABG."
"Berilah edukasi untuk tidak mencoba hal ini di mana pun dan kapan pun."
"TKP, depan BJB Jl. Sukabumi-Cianjur jam 12 malam."
Itulah keterangan yang tertulis.
Video itu merekam aksi nekat yang dilakukan gerombolan ABG itu.
Awalnya gerombolan ABG itu berdiri di pinggir jalan.
Saat sebuah truk lewat, tiba-tiba gerombolan itu menghadang truk dan memaksanya berhenti seolah memiliki sembilan nyawa.
Nahas, truk itu tak bisa berhenti dan menyebabkan satu nyawa melayang.
Menurut keterangan polisi, satu ABG itu tewas karena dilindas truk.
Kini sopir truk diamankan dengan status sebagai saksi.
Polisi juga mengonfirmasi bahwa motif ABG itu membahayakan diri adalag demi konten.
"Setelah pendalaman dari teman-teman korban yang ada pada saat itu, sudah jelas motifnya untuk membuat konten video," ujar polisi.
Hal ini mengingatkan betapa banyaknya individu yang membahayakan diri hanya demi konten.
Kejadian ini juga membuat publik berntanya-tanya mengapa harus melakukan hal berbahaya demi konten.
Dilansir dari Kompas.com, psikolog Samanta Elsener, MPsi, menyebut bahwa ada dorongan untuk mencapai sesuatu dalam diri seperri menjadi viral dalam diri seseorang.
Sebenarnya ada manfaat baik menjadi viral, seperti mendapat uang, dipuja banyak orang.
Namun cara-cara tak baik bisa ditempuh untuk mendapatkannya.
"Akibatnya, kalau kita tidak bisa membatasi diri terhadap dorongan-dorongan tadi, bukannya jadi kreatif tapi justru neurotik atau membahayakan diri sendiri," papar Samanta.
Psikolog itu juga menjelaskan bahwa orang-orang perilaku membahayakam diri sendiri ini tidak disadari oleh orang neurotik.
Mereka memiliki konflik dalam diri, di mana mereka ingin bisa berada di kondisi yang diharapkan.
"Sayangnya, dia tidak melatih kreativitasnya atau kreativitasnya malah mengarah ke tindakan yang berbahaya untuk dirinya sendiri," ucap Samanta.(*)