Di sisi lain, Peneliti The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya menyebut kelompok Ali Kalora memang berjumlah sedikit, tidak lebih dari 10 orang.
Namun, kelompok ini memiliki militansi dan daya survival tinggi. Mereka mampu bertahan hidup di hutan dengan berburu ditambah sokongan logistik dari para simpatisan MIT.
MIT di bawah Ali Kalora dikenal sadis.
Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa saat masih menjabat Komandan Jenderal Pasukan Khusus memaparkan kesadisan kelompok itu.
Kelompok Ali Kalora tak segan mengancam, menyandera, hingga membunuh masyarakat di Poso untuk mendapatkan logistik dan makanan.
Cantisa menyebut, kelompok Ali Kalora membunuh dengan memotong leher korban yang tidak menyerahkan makanan atau logistik.
Pada 30 Desember 2018, seorang laki-laki penambang emas di Parigi Moutong tewas dengan kepala terpisah dari badan.
Sehari setelahnya, anggota Polres Parigi Moutong mengalami penyerangan dan dua polisi tertembak.
Terakhir, satu keluarga tewas di Dusun Lepanu, Desa Lemban Tongoa, Kec. Palolo, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah pada 27 November 2020.
Kelompok teroris MIT menganiaya keluarga beranggotakan4 orang itu dan membakar rumah mereka bersama 5 bangunan lainnya.