Lalu, dalam pertemuan dengan Presiden Soeharto tahun 1974, Whitham mengatakan dengan hati-hati bahwa Timor Timur harus berintegrasi dengan Indonesia.
Catatan pertemuan Australia mengutip pernyataan Whitlam, "Timor Portugis terlalu kecil untuk merdeka."
"Itu tidak layak secara ekonomi. Kemerdekaan tidak akan diterima di Indonesia, Australia, dan negara-negara lain di kawasan ini," katanya
Whitlam, catatan laporan itu, menawarkan dua pemikiran dasar, "Pertama, dia percaya bahwa Timor Portugis harus menjadi bagian dari Indonesia."
"Kedua, ini harus terjadi sesuai dengan keinginan yang diungkapkan dengan benar oleh rakyat Timor Portugis (julukan Timor Timur sebelum menjadi Timor Leste)."
Perdana Menteri Australia menekankan bahwa ini belum menjadi kebijakan Pemerintah tetapi kemungkinan akan menjadi seperti itu.'
Saat itu Suharto menjawab bahwa Timor Timur bisa menjadi "duri di mata Australia dan duri di punggung Indonesia".
Alhasil, invasi yang dilakukan oleh Indonesia ternyata membuktikan prediksi itu.
Soeharto sendiri awalnya enggan mencaplok Timor Timur tanpa alasan.
Bahkan tidak ingin Timor Timur masuk sebagai wilayah Indonesia.