GridHot.ID-Tukul Arwana mengalami pendarahan otak pada Rabu (22/9/2021).
Pelawak itu kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Otak (RS PON), Cawang, Jakarta Timur.
Melansir Kompas TV, manajer Tuku Arwana, Rizki Kimon mengatakan, pembawa acara Bukan Empat Mata itu kini sudah dioperasi.
"(Operasi) kurang lebih sih kemarin hampir 2 jam sampai 3 jam," kata Rizki, Jumat (24/9/2021).
Rizki juga mengatakan bahwa usai menjalani operasi, kondisi Tukul Arwana sudah bisa diajak bicara.
"Alhamdulilah sudah bisa respons gitu aja sih," ujarnya.
Untuk saat ini, Rizki belum bisa memastikan penyakit apa yang diderita Tukul hingga menyebabkan kepalanya sakit dan terjadi pendarahan.
"Iya penyakitnya sih saya belum tahu secara detail biar nanti pihak dokter," ucapnya.
Kendati demikian, menurut Rizki, hingga kini Tukul Arwana masih harus menjalani perawatan yang intensif untuk proses penyembuhan.
Metode cuci otak dokter Terawan
Melansir WebMD via Intisari-online, pendarahan otak adalahsejenis stroke, yang mana kondisi ini disebabkan oleh arteri di otak pecah dan menyebabkan pendarahan lokal di jaringan sekitarnya.
Kondisi pendarahan yang berlokasi di organ tersebut membunuh sel-sel otak.
Pendarahan otak juga disebut pendarahan intrakranial, atau pendarahan intraserebral.
Kondisi medis ini menyumbang sekitar 13 persen dari penyebab stroke.
Kondisi yang membuat Tukul Arwana terbaring di rumah sakit, ternyata pernah membawa nama mantan Menteri Kesehatan dr. Terawan Agus Putranto menjadi perbincangan.
Hal ini terjadi kala dirinya masih menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
Di tempatnya mengabdi tersebut, Terawan memperkenalkan sebuah terobosan untuk menyembuhkan stroke yang dikenal dengan terapi cuci otak.
Tidak tanggung-tanggung, Terawan berani mengklaim bahwa metode uniknya ini mampu memberikan hasil yang sangat baik bagi para pasiennya.
"Ada banyak pasien yang merasa sembuh atau diringankan oleh terapi 'cuci otak' itu," ujar Terawan, dilansir dari Wartakotalive.
Tentu saja hal ini membuat banyak orang yang kemudian ingin mencoba metode dari Terawan tersebut.
Di RSPAD Gatot Soebroto, para pasien yang akan menjalani terapi cuci otak akan dibawah ke sebuah ruangan bernama CVV (Cerebro Vascular Center).
Dalam sehari, hanya ada 35 pasien yang akan menjalani metode cuci otak, dengan biaya termurah mencapai Rp30 juta per pasien.
Nama-nama pesohor pun sudah masuk daftar pasien yang menjalani terapi cuci otak Terawan.
Seperti mantan Presiden SBY, Menhan Prabowo Subianto, Wapres Try Sutrisno, mantan kepala BIN Hendropriyono, tokoh pers Dahlan Iskan beserta istrinya, dan tokoh ternama lainnya.
butuh waktu hanya 29 menit
Penyakit strok, dipicu oleh aliran darah ke otak yang terhambat akibat terjadinya penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah karena plak (yang biasanya berupa lemak).
Nah, melalui metodenya yang menggunakan obat heparin, Terawan mengklaim mampu menghancurkan plak tersebut
Obat ini ini akan dimasukkan melalui kateter yang dipasang di pangkal paha pasien, untuk selajutnya menuju sumber penyumbatan atau penyempitan.
Melalui obat inilah nantinya plak yang ada di dalam pembuluh darah akan mengalami efek anti pembekuan.
Dalam tulisannya di majalah Intisari ediri Januari 2013, jurnalis senior Mayong Suryo Laksono yang merasakan langsung terapi cuci otak Terawan, menyebut total waktu yang dihabiskan hanya 29 menit saja.
Mayong, seperti pasien-pasien lain, mengakui adanya dampak positif pada dirinya usai menjalani terapi di RSPAD tersebut.
"Saya menjalani DSA bukan karena stroke, tentu saja tidak ada bukti empiris bahwa saya telah sembuh dari sakit. Mata saya juga tidak minus sehingga saya tidak merasakan pengurangan minus. Tapi saya merasakan pikiran lebih fokus. Rasa pening tak ada lagi kecuali kalau terlambat makan," tulis Mayong.
"Seketika setelah menjalani 'tune-up' otak itu mata saya menjadi nanar, sulit mengantuk kecuali memang saatnya tidur. Yang agak mengherankan, pelbagai peristiwa masa lalu teringat lagi," lanjutnya.
Dikecam IDI
Namun, meski mendapat banyak tanggapan positif dari para pasiennya, pada April 2018, Terawan justru harus menerima kenyataan dirinya dipecat oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI).
Terawan dinilai telah melakuan pelanggaran etika kedokteran yang berat (serious ethical missconduct) karena telah mengiklankan diri secara berlebihan dengan klaim tindakan untuk pengobatan dan pencegahan dan menetapkan biaya besar atas tindakan yang belum ada bukti juga menjanjikan kesembuhan.
Selain itu, Terawan juga dinilai tidak kooperatif terhadap undangan Divisi Pembinaan MKEK PB IDI.
(*)