"Seiring berjalannya waktu rasa panasnya itu (minyak) jadi biasa saja. Ternyata, pembeli senang melihat saya seperti itu, yasudah saya lanjutkan sampai sekarang," ujarnya kepada Tribunjogja.com, pada Kamis (23/09/2021).
Ia menambahkan, keahliannya dalam menahan rasa panas tidak ada ritual khusus.
Murni karena sudah terbiasa bersentuhan dengan minyak panas selama berjualan.
"Tidak ada doa-doanya. Palingan cuma baca bismillah saja. Biar yang dikerjakan membawa berkah dan rezeki yang baik. Itu saja," ungkapnya sembari mengaduk adonan gorengannya.
Ia bercerita, berjualan gorengan dilakoninya karena sang suami sedang mengalami sakit stroke sejak 12 tahun lalu.
Sehingga, dirinya lah yang mengambil alih peran menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi tiga orang anaknya.
"Keluarga sempat terhimpit masalah ekonomi, karena suami sedang sakit berat. Sehingga, tidak bisa mencari nafkah seperti dulu lagi.
"Dari situlah saya langsung memutuskan untuk mencari uang dengan berjualan gorengan agar kebutuhan keluarga saya terpenuhi," ungkapnya.
Source | : | Kompas.com,Tribunjogja.com |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar