"Kemudian kami lakukan perawatan dan pembersihan. Berjalannya waktu, pasien ini pada 9 September dipindahkan ke Brimob, tapi esok harinya pasien ini kembali ke RS Bhayangkara dengan keluhan yang sama, ada nyeri pada luka tembaknya. Kemudian dilakukan pembersihan ulang pada luka itu, ternyata begitu kami lihat ada banyak jaringan yang mati dan kami lakukan pembersihan," ujar Nariyana di Jayapura, Senin (27/9/2021).
Setelah dilakukan pemeriksaan ulang, sambung Nariyana, HB yang bersangkutan turun di bawah delapan.
Harus amputasi
Dari hasil konsultasi dengan dokter otopedi yang merawat, kalau jaringan yang mati ini semakin banyak maka direncakan dilakukan amputasi pada kaki kanan.
"Sebelum dilakukan amputasi, kami perbaiki keadaan tubuhnya, kami kasih tranfusi darah dengan harapan kalau kondisinya membaik maka kami lakukan amputasi. Pada 18 September 2021 dilakukan amputasi dan pasien ini sejak 14 September 2021 kami rawat di ruang ICU agar kondisinya lebih terkontrol," terang Nariyana.
Setelah diamputasi, kondisi Senat menurun dan kemudian dilakukan trafusi darah, tapi kondisinya tidak terjadi peningkatan.
"Kondisinya terus memburuk, dan kemarin pada jam 22.50 WIT, setelah kami lakukan tindakan penyelamatan, ternyata tidak tertolong," kata dia.
Penyebab kematian
Nariyana meyatakan, tim dokter RS Bhayangkara telah melakukan analisa mengenai penyebab kematian Senat.