Gridhot.ID - China kini menjadi negara yang mempunyai banyak musuh.
Hal ini bermula karena China berusaha mengkalim kedaulatannya di Laut China Selatan.
Beberapa wilayah pun menjadi memanas dan mengakibatkan konflik.
Dilansir dari Kontan.co.id, salah satu wilayah yang hingga kini menanggung konflik dengan China adalah Selat Taiwan.
Situasi di Selat Taiwan kompleks dan suram, Presiden China Xi Jinping mengatakan dalam surat ucapan selamat pada Minggu (26/9/2021) kepada pemimpin partai oposisi utama Taiwan yang baru terpilih.
Mantan Wali Kota New Taipei City Eric Chu terpilih menjadi ketua Kuomintang (KMT) pada Sabtu (25/9/2021) yang menyatakan, akan menghidupkan kembali kontak tingkat tinggi yang terhenti dengan Partai Komunis China.
China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya dan telah meningkatkan tekanan militer juga politik untuk memaksa pulau itu menerima kedaulatan negeri tembok raksasa.
Dalam surat yang salinannya KMT rilis, Xi mengatakan, kedua pihak memiliki "interaksi yang baik" berdasarkan penolakan bersama mereka terhadap kemerdekaan Taiwan.
"Saat ini, situasi di Selat Taiwan rumit dan suram. Semua putra dan putri bangsa China harus bekerjasama dengan satu hati dan maju bersama," tulis Xi yang juga ketua Partai Komunis China, seperti dikutip Reuters.
Xi menyatakan harapan agar kedua pihak bisa bekerjasama dalam "mewujudkan perdamaian di Selat Taiwan, reunifikasi nasional, dan revitalisasi nasional".
Chu, yang kalah telak dalam Pemilihan Presiden 2016 dari Presiden Taiwan Tsai Ing-wen saat ini, menanggapi surat Xi dengan menyebutkan, orang-orang di kedua sisi Selat Taiwan adalah "anak Kaisar Kuning", dengan kata lain: semua orang China Han.
Chu menyalahkan Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa di Taiwan atas ketegangan dengan Beijing setelah mengejar kebijakan anti-China.
Chu, yang bertemu Xi di China pada 2015, berharap untuk "mencari kesamaan dan menghormati perbedaan, meningkatkan rasa saling percaya dan keramahan, memperkuat pertukaran dan kerjasama, sehingga memungkinkan pengembangan hubungan lintas selat yang damai dan berkelanjutan".
Di bawah kepemimpinan Johnny Chiang selama 17 bulan, kontak tingkat tinggi KMT dengan China terhenti di tengah ketegangan militer dan kecurigaan di Beijing bahwa partai itu tidak cukup berkomitmen untuk gagasan Taiwan adalah bagian dari "satu China".(*)