"Pengujian ini tak semata menguji orangnya berubah atau tidak, tapi menguji kompetensi, juga menguji kognitif atau pengetahuan dia," katanya.
"Karena orang berubah, sekarang dia punya tangan besok dia kecelakaan tangannya tidak ada. Dia punya SIM bulan depan dia kecelakaan, gegar otak, tiga empat bulan lagi dia mengemudi. Sedangnya fase dia lima tahun dia bawa mobil padahal kondisinya meragukan," kata Jusri.
Meski demikian kata Jusri hampir seluruh dunia menerapkan pola yang sama, yaitu lima tahun. Bahkan ada beberapa negara yang SIM-nya berlaku seumur hidup.
"Di dunia memang lima tahun sekali, bahkan ada negara tertentu seumur hidup. Padahal itu kurang ideal," kata Jusri.
"Perubahan bisa terjadi dari tahun ke tahun, dari fisik dan kesehatan berubah, seharusnya kalau saya setahun sekali, memang merepotkan tapi bisa memastikan di jalan ialah orang sehat dan kompeten," katanya.
(*)