Dono juga dikenal sudah kreatif sejak kecil. Rani mencontohkan, suatu hari Dono menggelar pertunjukan "bisokop". Dengan memakai film sungguhan milik ayahnya, Dono menyorotnya dengan lampu teplok. Bayangannya ditangkap di layar kain. "Kami diminta jadi penonton dengan membayar memakai perangko," kenang Rani.
Tak Yakin Tergantikan
Sahabat Dono yang paling terpukul adalah Indro. Betapa tidak, sudah 26 tahun ia bersahabat dan bermitra dengan Dono sejak masih bergabung dalam grup lawak Warung Kopi Prambors. Waktu itu anggotanya bukan hanya Dono, Kasino, dan Indro.
Ada beberapa personel lain termasuk Nanu yang meninggal tahun 1983. Ketika jumlah personel tinggal tiga orang saja, grup ini mengubah namanya menjadi Warkop DKI, singkatan dari Dono, Kasino, dan Indro. Anggota grup ini berkurang lagi ketika Kasino meninggal dunia tahun 1997.
Firasat tak enak sudah dirasakan Indro saat menjaga Dono di rumah sakit. Ketika itu, Dono berpesan agar Indro meneruskan kelompok Warkop yang didirikan September 1973.
"Selama masih bisa diterima masyarakat, saya ikhlas dan rela meneruskan Warkop," janji Indro yang bergabung dengan Warkop tahun 1976. Sedangkan Dono bergabung dengan Warkop sejak 1974.
"Saya masih ingat, sebelum menjadi anggota warkop, saya masih di radio Prambors. Suatu hari saya melihat Mas Dono siaran sendirian, lalu saya minta diizinkan membantu," kenang Indro yang ketika itu masih di SMA. Selanjutnya, Kasino minta Indro bergabung di Warkop.
Kendati bertekad mempertahankan Warkop, Indro tak yakin bisa mendapatkan sosok-sosok yang bisa menggantikan rekanrekannya.
"Saya enggak yakin bisa mencari orang untuk menggantikan tiga rekan terdahulu (Nanu, Kasino, dan Dono),' ujar Indro seraya menambahkan Warkop DKI telah menghasilkan 36 judul film layar lebar, 104 episode sinetron masing-masing 30 menit, serta 26 judul sinetron berdurasi 80 menit.