Gridhot.ID-Filosofi nama adalah sebuah doa kerap muncul dari masyarakat Indonesia.
Nama yang diberikan orang tua kepada anaknya biasanya memiliki arti tersendiri.
Namun, ada juga orang tua yang memilih menamai anaknya dengan nama unik dan tak biasa.
Hal ini pun terjadi pada beberapa artis lawas Indonesia saat menamai anaknya.
Dilansir gridhot.id dari tabloid Nova, berikut ini kisah tentang nama-nama para artis zaman dulu yang pernah tayang di tabloidNova yang terbit pada 24 Mei 1992.
Iwan Fals
Iwan Fals mengaku tidak pusing dalam memilih nama buat kedua anaknya, Galang Rambu Anarki (10) dan Annisa Cikal Rambu Bassae (7). "Saya tidak pemah merancang secara khusus nama anak saya. Yang penting bagi saya adalah kehadirannya," ujar Iwan yang beristrikan Yos, seorang ibu rumah tangga biasa.
Kalau toh orang merasa aneh dengan nama Galang Rambu Anarki, menurut Iwan, itu mungkin karena nama itu dipakai untuk judul sebuah lagu ciptaannya yang bertemakan kritik sosial.
Padahal, "Sungguh nggak ada kaitannya sama sekali. Kebetulan saja namanya saya pakai untuk judul lagu." jelasnya.
Iwan sendiri mengakui, nama anak selalu memiliki arti dan harapan tersendiri bagi orangtua. Namun, bukan berarti nama bisa membawa pengaruh buat perjaJanan hidup si anak.
"Kalau ada anak bernama Makmur, kemudian hidupnya makmur, saya rasa setiap orangtua akan memberi nama anaknya Makmur," kata Iwan.
Yang utama bagi Iwan bukan arti nama itu, tapi bagaimana sikap orangtua dalam mengarahkan, mendorong serta membimbing anak-anaknya agar bisa berguna.
"Meski diberi nama Soleh, tapi kalau orangtuanya tidak pemah mengajarkan kepada anaknya perbuatan soleh, ya sama saja bohong," tandas Iwan mantap.
Gito Rollies
GitoRollies dan Michelle, istrinya sempat merasa kebingungan ketika mencari nama bagi anaknya yang pertama.
"Bahkan, seorang teman sempat mengirim buku yang berisi nama-nama, tapi enggak ada yang saya suka," ucap Gito.
Baru setelah sang istri masuk ke rumah sakit bersalin, penyanyi rock ini menemukan nama buat bayinya laki-laki, yakni Puja.
"Puja itu maksudnya agar anak saya selalu menjadi pujaan masyarakat sekitarnya, dalam arti positif. Saya berharap, dengan menyandang nama itu, ada timbal baliknya yang diberikan. Artinya, dia pun juga bisa konsekuen dengan namanya," ujarnya.
Kendati nama depan sudah didapat, Gito belum kunjung memperoleh nama belakang buat Puja. Untung, teman baiknya, Darwis Triadi, datang menengok ke rumah bersalin dan langsung mengusulkan nama tambahan Antar Bangsa.
"Nah, nama itulah yang saya pakai. Jadilah Puja Antar Bangsa," papar Gito ceria.
Meskipun nama itu selintas berkesan sedapatnya, tetapi Gito maupun Michelle mengartikan bahwa nama itu merupakan paduan dua bangsa.
"Kami sepakat mengambil nama itu dengan harapan agar segi baik dari kedua bangsa melebur dalam diri Puja," jelas biduan yang beristri wanita Belanda itu.
"Sementara nama anak saya yang kedua, Bayu Wirakrama, saya ambil dari nama kakek saya. Ya, untuk menghormat leluhur saya," sambungnya diiringi derai tawanya yang khas.
Meriam Bellina
Bagi pasangan Meriam Bellina dan Adi Soerya Abdi, mencari nama untuk anaknya bukanlah hal yang sulit.
Mereka hanya menggabungkan huruf A dari Adi, dan kata Bel dari Bellina, maka jadilah Abel.
"Karena laki-laki, nama lengkapnya menjadi Abel Putra Abdy. Pokoknya, yang simpel dan sederhana sajalah," ujar Adi.
Taktik yang sama, kata Adi, juga bisa dipakai seandainya yang lahir anak perempuan.
"Awalannya bukan A, melainkan Asa. Jadinya Asabel," ucap Adi yang mengaku tidak menutup kemungkinan untuk punya anak lagi, nanti.
Dengan taktik ini, lanjut Abdi, "Nama yang dihasilkan bisa unik tapi indah."
Masih soal nama anak, Adi mengemukakan, orangtua hendaknya tidak memberi nama yang terlalu "ideal" bagi anaknya.
"Misalnya, anak lelaki diberi nama Jantan Perkasa. Ya, kalau nanti anaknya benar-benar jantan dan perkasa nggak apa-apa. Tapi kalau nggak, kasihan anaknya. Jiwanya bisa tertekan," jelas Adi.
Tetty Kadi
Bagi Tetty Kadi memberi nama anak tak semudah memilih baju. Sebelum anak yang dikandung lahir. biasanya Tetty dan Bawono Yudo, suaminya, telah menyiapkan sedikitnya delapan nama.
"Saat usia kandungan tujuh bulan, biasanya kami sudah punya feeling apa jenis kelaminnya. Nah, setelah itu, baru kami mempersiapkan beberapa nama," aku Tetty Kadi.
Nama-nama yang dipilih. menurut Tetty, diambil dari bahasa Sanskerta, kemudian diterjemahkan apa makna dan artinya.
"Biasanya kami mencari dari buku ensiklopedia. Dari situ, baru nama kami pilih sesuai dengan hari, jam, dan tanggal lahir," jelas ibu dari 6 anak ini.
Baca Juga: 'Gue Jijik', Pertama Kali Rasakan Kerokan Saat di Penjara, Jennifer Jill Langsung Kapok
Simak saja nama mereka. Duhita Panchatantra, Duhita Veda Kavita, Simhala Avadana, Kanishka Artha, Mahavira Wisnu Wardhana, dan Isvara Mandala.
Tetty percaya penuh bahwa hari, jam, dan tanggal lahir anak bisa membawa pengaruh terhadap kehidupan anak itu sendiri.
"Dalam adat Jawa, bila memberi nama yang berat kepada anak, misalnya, Batara Surya, si anak terkadang bisa tidak kuat. Bisa sakit-sakitan. Memang. dalam perkembangannya, semua tergantung dari anak itu sendiri. Kuat atau tidak dengan nama yang diberikan. Tapi sebagai orangtua, kan kita harus cari yang terbaik," tegas Tetty.
Dono
"Bila kelak engkau punya anak, berilah dia nama yang baik dan indah," ungkap Wahyu Sardono alias Dono Warkop menirukan nasihat yang pemah diberikan ayahnya.
Tujuan nasihat itu, ujar Dono, "Agar si anak yang menyandang nama tersebut, tidak dibuat malu oleh namanya sendiri."
Nasihat itu diingat baik-baik oleh Dono. Maka, ketika sang istri, Tuti Kusumawardani, melahirkan ketiga anaknya dengan selang waktu masing-masing 6 tahun, Dono selalu berusaha membuatkan nama yang tidak saja indah tapi juga punya makna.
Mereka berturut-turut adalah Andiko Aryo Seno, Damar Canggih Witjaksono, dan Satrio- Sarwo Trengginas.
"Andiko artinya abdi negara. Aryo adalah kesatria. Sedang Seno diambil dari nama lain Bima, yakni Brotoseno. Jadi, nama itu mengandung makna agar si anak kelak menjadi abdi negara yang satria seperti Bima. Sedang Damar Canggih Witjaksono memiliki arti sebagai pelita atau cahaya yang canggih dan bijaksana. Ya, saya berharap anak ini bisa menjadi penerang bagi masyarakatnya," kupas Dono.
Ihwal si bungsu Satrio Sarwo Trengginas yang lahir 2 Mei 1992 lalu, Dono menjelaskan, "Dari namanya saja tergambar bahwa saya mengharapkan anak ini kelak menjadi satria yang serba (sarwo) lincah {trengginas). Begitulah. Bagi saya. nama bukan sekadar nama."(*)