"Saya belajar bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan orang-orang tua, karena saya takut kalau dengan teman yang seusia dikerjain (mengunakan bahasa kasar). Bahkan saya belajar bahasa Indonesia dan Jawa itu satu persatu saya hafalin dan berani diucapin," ingatnya.
Suzanni mengatakan, bahwa saat ini dirinya masih sering berkomunikasi dengan teman sewaktu di Kaledonia yang juga ditempatkan di Punggur namun berbeda kampung dengannya.
Namun, kebanyakan dari mereka, kata Suzzani, sudah meninggal dunia dan sudah sulit diajak berkomunikasi.
Berpuluh-puluh tahun terpisah dengan dua saudaranya yang lain yang masih tinggal di Kaledonia, nenek Suyan mempunyai kesempatan kembali lagi ke tanah kelahirannya itu pada 2018 lalu dan ia bersilaturahmi dengan keluarga besarnya di sana.
Di Noumea, Suzzani mengaku masih banyak mengenal nama tempat dan jalan meski saat ini sudah banyak berubah dengan berdirinya bangunan gedung di negara itu.
Saat ini, nenek yang ramah dan murah senyum ini banyak menghabiskan masa tuanya di sebuah rumah sederhana di Dusun Mulyo Katon, Kampung Totokaton, Kecamatan Punggur bersama 9 anak, 17 cucu beserta puluhan cicitnya.(*)