Sebagai Nyauli bahkan Suzzani masih mengurus paspor di imigrasi untuk berpindah kewarganegaraan hingga awal tahun 1990an, dan saat ini ia telah menjadi warga negara Indonesia sepenuhnya.
Setelah menetap di Punggur, Suzzani hanya menggunakan bahasa Prancis kepada kepada ketiga saudaranya, sang ayah dan juga beberapa Nyauli lainnya yang diberangkatkan dari Kaledonia ke Lampung.
"Sehari-hari sampai beberapa tahun di Indonesia kami hanya menggunakan bahasa Prancis. Kami hanya berinteraksi dengan Nyauli lainnya, dan sangat sedikit sekali menguasai kosa kata Bahasa Indonesia," terangnya.
Usai hampir 10 tahun di Indonesia, barulah Suzzani mulai terbiasa dengan Bahasa Indonesia, dan mulai berinteraksi dengan teman-temannya yang asli pribumi dengan bahasa Indonesia dan Jawa.
"Saya belajar bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dengan orang-orang tua, karena saya takut kalau dengan teman yang seusia dikerjain (mengunakan bahasa kasar). Bahkan saya belajar bahasa Indonesia dan Jawa itu satu persatu saya hafalin dan berani diucapin," ingatnya.
Suzanni mengatakan, bahwa saat ini dirinya masih sering berkomunikasi dengan teman sewaktu di Kaledonia yang juga ditempatkan di Punggur namun berbeda kampung dengannya.
Namun, kebanyakan dari mereka, kata Suzzani, sudah meninggal dunia dan sudah sulit diajak berkomunikasi.
Source | : | tribunnews,TribunLampung |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar