Gridhot.ID -Hengky Kurniawan dulu dikenal sebagai aktor dengan sederet judul sinetron seperti 'ABG' dan 'Senandung'.
Namun, Hengky Kurniawan sekarang sudah tidak lagiaktif berakting dan jarang muncul di layar kaca.
Pasalnya, Hengky kini terjun ke dunia politik dan ia menjabat sebagai Wakil Bupati Bandung Barat.
Pria asal Blitar, Jawa Timur ini sekarang terlihat fokus menjalani kesibukannya sebagai pejabat daerah.
Mengutip artikel Wiken.id(5/11/2021), suami Sonya Fatmala ini telah dilantik sejak 20 September 2018 lalu.
Dilihat dari akun Instagram pribadinya, Hengky bahkan mengganti namanya sebagai Pelayan Masyarakat.
Hengky juga kerap memberikan respons atas keluhan yang disampaikan oleh warganya.
Lantas berapa gaji yang diterima Hengky hingga ia 'banting setir' sebagai pejabat daerah?
Kepada awak media, Hengky sempat membeberkannya.
"Sekarang kita melayani masyarakat banyak masalah yang harus kita selesaikan, terus dari sisi gaji juga jauh berbeda," ungkap Hengky saat diwawancarai di kawasan Jalan Tendean, Jakarta Selatan.
"Bahkan mungkin gaji setahun saya (jadi Wakil Bupati), (sama seperti) sebulan FTV," tambahnya.
Hengky mengaku bahwa gaji tiap bulan sebagai Wakil Bupati bisa ia dapatkan sehari jika menjadi artis, itu berarti penghasilan menjadi artis bisa dibilang lebih tinggi.
Meski begitu, ayah tiga anak ini tak memikirkan soal gajinya, ia ingin fokus melayani masyarakat.
"Kalau gaji pak Bupati itu Rp 5 juta, terus operasional itu Rp 20 juta, jadi setiap bulan itu dapat Rp 25 juta," jelas Hengky.
"Kalau dulu di sinetron, FTV lah dulu, sebelumnya saya jadi kan saya masih aktif di FTV ya, syuting cuma dua hari itu per episode itu sama seperti pendapatan satu bulan sekarang.Jadi jauh berbeda lah, tapi kita kan jangan berharap." ujarnya.
Hengky berpendapat, pejabat publik bukanlah profesi yang tepat untuk mengejar kekayaan.
"Kalau di politik itu jangan kita berpikir untuk mencari kekayaan karena itu salah banget," kata Hengky.
"Kalau di politik, 'Oh dapat duit begini begitu', kenyataannya enggak. Kecuali, kalau kita melakukan hal-hal yang, mohon maaf misalnya, melawan hukum. Tapi, kalau kita mau normatif aja sebenarnya (pendapatannya) enggak banyak di politik itu," lanjutnya dikutip Kompas.com dari YouTube Rans Entertainment, Jumat (17/7/2020).
Hengky lantas memberikan beberapa pesan untuk rekan-rekan sesama artis yang ingin terjun ke dunia politik.
Menurut Hengky, mereka harus mendahulukan kepentingan masyarakat agar tak menyalahi amanah yang telah diberikan.
"Tapi ya alhamdulilah. Kita tidak melihat dari sisi itunya, jadi memang kita berkarya ini bagian dari sejarah," ujar Hengky.
"Bagi teman-teman yang mau terjun ke politik jangan berharap mau mencari kekayaan, itu salah. Itu akan menjadi kekecewaan. Itu yang saya sampaikan ke masyarakat," ujarnya.
Tak banyak yang tahu, Hengky dulu melalui masa kecil dengan penuh perjuangan karena keterbatasan ekonomi keluarga.
"Saya bukan dari keluarga mampu, Mbak. Ayah saya sopir angkot," ujar Hengky mengawali perbincangan dengan Kompas.com di Bandung, belum lama ini.
Hengky bersama orang tua dan empat kakaknya bahkan tinggal di rumah sederhana warisan sang nenek.
Untuk membantu sang ayah, kakak Hengky yang pertama dan kedua bergantian menjadi kernet.
Hengky sendiri belum bisa membantu, karena saat itu masih kecil.
Berjualan hingga Pemulung
Beberapa tahun kemudian, sang ayah, Leo Medhi Purwanto, banting setir.
Ia memilih menjadi pemasok makanan ringan (snack) dengan mengambil barang dari pasar kemudian dimasukkan ke warung-warung.
"Saat itu sudah kelas 1 SD. Kalau di rumah ada stok barang, saya suka bawa chiki dan permen ke sekolah. Lalu saya jualan di sana dan margin keuntungannya buat saya," tuturnya.
Selain makanan ringan dan permen, Hengky juga berjualan es sirup. Es itu ia buat bersama kakak-kakaknya dan dijual di sekolah hingga kelas 6 SD.
Memasuki SMP, pria kelahiran Blitar pada 21 Oktober 1982 ini mengganti barang dagangan.
Saat itu Hengky lebih suka membuat stiker kemudian dijual ke teman-teman kelasnya.
Saat SMP ini pula Hengky remaja mulai menjadi pemulung.
Namun bukan pemulung keliling, tapi memungut sampah di gedung serbaguna depan rumahnya.
"Rumah saya dekat Gedung Pemuda, gedung serbaguna yang besar. Dalam seminggu suka ada tiga kali acara. Apalagi pas weekend banyak orang berada menikah di sana," ucapnya.
Biasanya, sampah-sampah nikahan seperti kardus, gelas air mineral, dan lainnya dibiarkan begitu saja.
Itulah yang dikumpulkan Hengky dan teman-teman di kampungnya untuk dijual.
Memasuki SMA, pekerjaan Hengky bertambah seiring bisnis barunya sang ayah menjadi agen oli motor.
Setiap hari, Hengky mengendarai pikap untuk memasukkan oli ke warung-warung.
Dus oli itu tidak diturunkan di warung, tapi dikumpulkan Hengky dan dijual. Hasilnya sekitar Rp 150.000 per bulan, uang yang cukup besar di tahun 1998.
Hasil dari penjualan dus-dus itu, ia jadikan modal untuk menyuplai alat tulis kantor (ATK) ke koperasi sekolahnya.
"Sejak kecil ayah mengajarkan disiplin, bagaimana bertahan hidup," ungkap Hengky menjelaskan.
(*)