Program baru ini akan diterapkan pada sekitar 13% dari 110.000 pasukan cadangan yang rencananya akan mulai dilatih tahun depan.
Taiwan secara bertahap telah beralih dari sistem wajib militer ke pasukan profesional yang didominasi sukarelawan. Sayangnya, proses peralihan dianggap berbelit-belit dan menyebabkan 2,31 juta pasukan cadangan dianggap tidak memiliki kesiapan tempur.
Beberapa dari mereka yang ikut serta bahkan mengeluh karena program dianggap membuang-buang waktu untuk latihan dan kuliah yang tidak berguna selama pelatihan ulang.
Namun, bagi pemerintah Taiwan langkah ini dianggap masih mampu meningkatkan kekuatan pertahanannya. Ketegangan dengan China yang semakin terasa setahun terakhir membuat Taiwan semakin fokus di sektor pertahanan dan keamanan.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu pada hari Rabu (27/10) mengatakan bahwa pihaknya memerlukan lebih banyak teman untuk memperkuat pertahanan. Saat ini Taiwan hanya memiliki 15 sekutu diplomatik di dunia.
Dilansir dari Reuters, Wu menyadari bahwa kelemahan dari segi pertahanan tersebut adalah salah satu faktor yang mengundang upaya agresi. Untuk saat ini, Taiwan sedang berupaya mencari teman internasional baru.
(*)
Source | : | Kompas.com,kontan |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar