“Kami kecewa melihat lisensi sukarela yang membatasi sejumlah negara selama pandemi ini, sementara kasus terus meningkat di banyak negara di seluruh dunia,” kata Yuanqiong Hu, penasihat kebijakan hukum senior dengan Kampanye Akses MSF.
Menurutnya, jika Pfizer benar-benar ingin memenuhi janjinya untuk berkontribusi pada akses yang adil ke perlakuan baru ini, Pfizer harus dengan jelas menyatakan tidak akan menghalangi produksi dan persaingan generik terbuka, alih-alih menandatangani lisensi sukarela terbatas.
Pfizer kata dia seharusnya juga “mencabut izin apa pun semacam monopoli kekayaan intelektual selama pandemi ini,” katanya.
Regina Osih, seorang dokter medis dan spesialis penyakit menular di Aurum Institute di Johannesburg, Afrika Selatan, mengatakan kesepakatan itu “sangat penting”.
"Kesepakatan semacam ini memungkinkan semua orang untuk berpotensi mengakses obat Covid - mereka masih akan mengecualikan sejumlah orang, tetapi itu akan meningkatkan percakapan seputar akses yang adil," katanya.
Langkah Pfizer dilakukan setelah perusahaan farmasi AS Merck menandatangani kesepakatan bebas royalti serupa dengan MPP bulan lalu.
Ini memungkinkan obat anti-virusnya, molnupiravir, dibuat dan dijual dengan biaya rendah di 105 negara berkembang.
Obat Merck telah disetujui oleh regulator di Inggris awal bulan ini.
Langkah Pfizer dan Merck untuk berbagi paten obat Covid-19 mereka muncul di tengah tekanan internasional pada perusahaan farmasi, untuk berbagi dan mentransfer teknologi yang memungkinkan produksi versi generik dari vaksin Covid-19 mereka.
Sejauh ini, Pfizer menolak untuk melakukannya.
Para kritikus telah lama berargumen bahwa keengganan untuk berbagi resep vaksin, berkontribusi pada distribusi vaksin yang sangat tidak merata antara negara kaya dan miskin.
Dari 7,54 miliar dosis vaksin Covid-19 yang telah diberikan secara global, hanya 4,6 persen orang di negara berpenghasilan rendah yang menerima setidaknya satu suntikan, menurut Our World in Data.
“Bayangkan apa yang akan terjadi jika mereka (pembuat vaksin) melisensikan teknologi mereka pada Mei 2020,” kata Ellen 't Hoen, direktur Hukum & Kebijakan Obat-obatan, merujuk pada tanggal Organisasi Kesehatan Dunia meluncurkan Technology Access Pool (C -TAP) platform bagi perusahaan untuk berbagi kekayaan intelektual dan pengetahuan vaksin.
“Kemudian, kami akan mengaktifkan kapasitas produksi bahkan di daerah yang saat ini tidak ada (Covid-19),” katanya.
(*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar