"Pada 2020, hampir setengah dari populasi Afghanistan sangat miskin dan tidak bisa memenuhi kebutuhan seperti nutrisi dasar atau air bersih," menurut laporan tersebut.
Dan ini menggambarkan kondisi sebelum pergolakan belakangan ini.
Menurut UNICEF, jutaan anak masih membutuhkan bahan-bahan kebutuhan penting, termasuk perawatan kesehatan primer, vaksin polio dan campak, nutrisi, pendidikan, perlindungan, tempat tinggal, air dan sanitasi.
Anak perempuan terpaksa dijual
Mohammad Ibrahim, penduduk Kabul, adalah salah satu dari banyak orang yang tidak punya pilihan lain selain menawarkan anak perempuannya yang berusia 7 tahun bernama Jamila untuk dijual.
Uang hasil penjualan Jamila akan dipakai untuk membayar utang-utang keluarganya.
"Seseorang datang dan mengatakan kepada saya untuk membayar utang atau 'Saya akan membakar rumah Anda hingga jadi abu'," kata Ibrahim kepada DW.
Namun dia mendapat tawaran untuk "menyerahkananak perempuannya" guna melunasi utang.
"Pria itu orang kaya," lanjut Ibrahim. "Dan saya tidak punya pilihan lain dan saya menerima untuk menukarkan anak saya untuk membayar utang sebanyak 65.000 Afghani (sekitar Rp10 juta)."
Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN Bank Indonesia Terbaru untuk S1 dan S2, Simak Persyaratan Lengkap Berikut
Di Provinsi Badghis di Afghanistan barat, warga telah lama mengalami kekeringan dan terpaksa meninggalkan rumah dan desa mereka.