Barang-barang Murnia pun menjadi mangsa tikus dan rayap.
"Ada tikus mati di dekat dapur di lemari, besar juga, semua barang di dekat dapur sudah digigit.
Mesin cuci, TV, AC rusak, setrika digigit tikus.
Pintu ruang bawah tanah sudah dimakan rayap," ungkap Murnie.
Dia yang harus membayar hampir RM7.000 (Rp23.8 juta) untuk pulang mengatakan bahwa kondisi kondisi rumahnya ini membuatnya sedikit tertekan.
“Sebelum kembali, aku harus membayar biaya SHN (Stay Home Notice, yaitu biaya karantina saat masuk kembali ke Singapura)
hingga S$2.165 (Rp22.7 juta) hingga Malaysia harus mengeluarkan uang karantina lagi,
Tes PCR juga harus dibayar. Sampai rumah ternyata kondisinya begini.
Stres ini menjadi lebih buruk,” kata Murnie.
Murnie mengatakan butuh waktu hingga seminggu untuk membersihkan kembali rumahnya dengan bantuan ibunya dan juga dua orang adiknya.
"Masuk rumah harus pakai sendal, lantainya kotor sekali dengan debu dan berantakan.
Gak tau harus mulai dari mana, aku jijik banget karena lantai basah dan penuh kotoran kecoa, dan ada tikus mati.
Tanah di pot bunga semua ada kotoran kucing jadi kita harus membuangnya kembali, pohon bunga mati semua," papar Murnie.
Suami Murnie yang bekerja sebagai operator crane kini tinggal di Kelantan karena harus mengurus proyek di sana.
Sebelum ini, Murnie yang bekerja di NTUC FairPrice di Singapura, setiap hari bepergian dengan sepeda motor dari rumahnya di Johor ke tempat kerja.
Namun, karena pembatasan sosial, dia harus menyewa kamar di Singapura dan tinggal di sana sendirian.
Ternyata ini bukan 'tragedi' pertama yang menimpa rumahnya akibat lama ditinggalkan.
Source | : | Kompas.com,Tribun Solo |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar