"Sebelumnya aku juga tinggal di sebuah rumah tua, waktu itu ada seekor anjing mati di dekat tempat parkir, baunya benar-benar tidak mengatakan itu.
Aku jijik tapi kalau bukan kita yang membersihkan mau siapa lagi," ujar Murnie.
Menurut Murnie, dia berharap perbatasan negara itu segera dibuka kembali.
“Kalau perbatasan sudah dibuka, aku mau mudik seperti dulu.
Aku berdoa agar Covid cepat hilang dan keadaan segera pulih, karena selain pendapatan yang terkena dampak, akan menimbulkan kerugian.
Kami tidak bisa bertemu keluarga, seperti saudara perempuanku yang bekerja di luar Malaysia, aku merasa situasi ini sulit dan sangat syok.
Aku sangat merindukan keluargaku dan jika ada keadaan darurat seperti kematian, sangat sulit untuk kembali karena ada banyak prosedural,” kata Murnie yang punya seorang putri berusia sembilan tahun yang tinggal bersama neneknya di Kota Tinggi, Johor.
Menurut Murnie, setelah pergi begitu lama, kepulangannya mengejutkan putri dan anggota keluarganya yang lain.
“Dia (anak) tercengang melihatku, ketika aku berkata “mama sudah kembali” lalu dia melompat dan memelukku. Ayah dan ibuku juga kaget.
Sekarang saat tidur malam, anakku akan mencariku, maklum karena aku tidak kembali selama lebih dari setahun.
Padahal rencananya aku hanya dua minggu saja ke Singapura tapi ternyata hampir dua tahun tidak kembali.
Dalam waktu dekat, anakku akan SMS, dia jauh dari ayahnya, kemudian aku akan terjebak di dekat Singapura,
Biasanya aku kembali menjenguknya seminggu sekali, ayahnya akan datang menjenguknya setiap empat, lima bulan sekali," papar Murnie sambil menambahkan bahwa putrinya tinggal bersama neneknya sejak kecil.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Solo |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar