Ituro Inoue, ahli genetika dari Institut Genetika Nasional, berpikir bahwa varian Delta menghilangkan yang lain dan akhirnya membunuh dirinya sendiri.
Profesor Inoue dan rekan mempelajari mutasi virus SARS-CoV-2 , menemukan bahwa varian Delta di Jepang mungkin telah mengumpulkan terlalu banyak mutasi.
Ini menyebabkan protein non-struktural memiliki fungsi koreksi kesalahan genetik bernama nsp14 dinonaktifkan.
Hal ini menyebabkan virus secara bertahap kehilangan kemampuannya untuk memperbaiki gennya sendiri dan akhirnya menghancurkan dirinya sendiri.
Penelitian Profesor Inoue dan rekan didasarkan pada varian Delta yang dikumpulkan antara Juni dan Oktober tahun ini.
Tim menemukan bahwa varian Delta kurang beragam secara genetik dibandingkan varian Alpha.
Protein nsp14 dari banyak sampel virus SARS-CoV-2 telah mengalami banyak mutasi pada posisi A394V, terkait dengan masalah koreksi kesalahan gen.
"Kami terkejut dengan temuan baru ini," kata Profesor Inoue kepada Japan Times.
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 23 November 2021, Aldebaran Berhasil Korek Informasi soal Masa Lalu Denis
"Varian Delta di Jepang mengalahkan yang lain, tetapi karena semakin banyak mutasi terjadi, virus menjadi versi yang salah dan tidak bisa lagi mereplikasi dirinya sendiri," katanya.