Penelitian Profesor Inoue dan rekan didasarkan pada varian Delta yang dikumpulkan antara Juni dan Oktober tahun ini.
Tim menemukan bahwa varian Delta kurang beragam secara genetik dibandingkan varian Alpha.
Protein nsp14 dari banyak sampel virus SARS-CoV-2 telah mengalami banyak mutasi pada posisi A394V, terkait dengan masalah koreksi kesalahan gen.
"Kami terkejut dengan temuan baru ini," kata Profesor Inoue kepada Japan Times.
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 23 November 2021, Aldebaran Berhasil Korek Informasi soal Masa Lalu Denis
"Varian Delta di Jepang mengalahkan yang lain, tetapi karena semakin banyak mutasi terjadi, virus menjadi versi yang salah dan tidak bisa lagi mereplikasi dirinya sendiri," katanya.
Profesor Inoue dan rekan-rekannya diharapkan untuk mempublikasikan rincian penelitian pada akhir November.
Meskipun virus mungkin telah menghilang dengan sendirinya di Jepang, risiko negara menghadapi gelombang infeksi baru sangat tinggi.
Karena varian lain mungkin menemukan cara untuk masuk ke Jepang, melewati tindakan karantina dan kontrol masuk.(*)
Komentar