Menjadi pebisnis sekaligus influencer yang sudah dikenal banyak orang tentu bukanlah perkara mudah. Walau terlihat percaya diri ketika kita melihatnya di media sosial, siapa sangka Septian Bramandita ternyata adalah sosok introvert yang pemalu.
“Tentu saya mempunyai kendala, baik sebagai influencer ataupun entrepreneur. Saya sebenarnya adalah seorang introvert yang pemalu. Di awal-awal pembuatan konten, saya bahkan tidak pernah menunjukkan batang hidung saya.”
Dukungan dan dorongan dari teman-teman seprofesi pun membuatnya merasa percaya diri dan kini Anda pun dapat dengan mudah melihat sosoknya di berbagai konten yang berseliweran baik di Instagram, TikTok, maupun platform lain. Tak hanya di situ, menjadi pebisnis daerah pun memiliki tantangannya sendiri.
“Sebagai seorang pebisnis daerah (berbasis di Kota Malang), tentu ada saja kendala jika dibandingkan dengan para pelaku bisnis yang ada di Ibu Kota yang fasilitas, sumber daya dan networking-nya serba lebih mudah.”
Walaupun begitu, ia tak pernah menyerah. Terbukti dengan sepak terjangnya dalam membangun bisnis yang berhubungan dengan dunia komputer, dunia yang ia pelajari ketika masih duduk di bangku SMK.
Bisa dibilang, ia kini cukup diperhitungkan sebagai seorang influencer yang sering membagikan kiat-kiat berbisnis. Lalu, apa saja pencapaian yang kini sudah ia rasakan setelah kerja keras sejak tahun 2013?
“Mayoritas follower saya berasal dari Surabaya dan Jakarta. Tiap kali saya berkunjung ke kota tersebut, tidak jarang ada saja orang yang minta foto sama saya. Dari situ saya tersadar, bahwa saya kini semakin dikenal".
Sejak dikenal luas oleh publik, tambahnya, Bram semakin mudah jika ingin bekerjasama dengan pihak lain. Bahkan tak jarang hanya memerlukan media sosial saja. Tak itu, ia pun kini mengaku memiliki privilege dalam menentukan waktu bekerja. “Sebagai entrepreneur, kini saya mendapatkan time freedom, di mana tidak seperti karyawan kantoran yang terikat waktu kerja, saya sekarang bisa mengatur waktu saya untuk bekerja atau untuk berlibur sesuai keinginan saya,” katanya.
Pencapaian terbesar Bram ini tak lepas dari dukungan orang-orang yang menyayanginya, terutama sang bunda. Mamah--sapaannya pada sang bunda--ialah sosok yang percaya padanya ketika ia masih belum jadi apa-apa.
“Di tahun 2013 saya mohon pada Mamah supaya dibelikan handphone untuk modal berjualan. Ketika itu saya berjanji bahwa itu adalah kali terakhir saya meminta uang padanya, dan hal itu benar-benar terjadi. Saya tak pernah lagi meminta uang padanya sejak saat itu hingga kini,” Ujarnya mengenang masa lalu.