"Pendapat saya: sudah. Penyebaran sudah sedemikian luas di banyak negara sejak dari laporan awalnya. Laporan awal itu pun sebenarnya kasusnya sudah terjadi setidaknya 2 pekan sebelumnya," kata Tonang kepada Kompas.com, Selasa.
Varian Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.
Kemudian, pada 26 November, WHO menetapkan Omicron sebagai variant of concern (VoC). Tonang mengatakan, ada beberapa alasan yang membuatnya menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia.
Pertama, sebagian besar kasus karena Omicron tanpa atau hanya gejala ringan, seperti juga laporan dari Afrika Selatan dan beberapa negara lain yang sudah melaporkan kasusnya.
Kedua, jumlah tes PCR Indonesia yang masih di bawah ambang, meskipun rata-rata tes dilaporkan antara 180-200 ribu per hari.
"Tapi yang banyak itu tes antigen, sekarang PCR tinggal sekitar 15 persen saja dari total tes. Rata-rata sekitar 30 ribu/hari," kata Tonang.
Tonang mengatakan, tes antigen memang masih bisa mendeteksiOmicron, karena targetnya protein N, bukan protein S.
"Tapi tes antigen itu baru positif bila viral load tinggi. Kalau sudah menurun, PCR yang tepat untuk mendeteksinya," kata Tonang.
Terkait sekuensing untuk mendeteksivarian Omicron, Tonang mengatakan, sekuensing hanya dilakukan bila ada indikasi awal.
Indikasi pertama adalah jika ditemukan kasus infeksi dengan ct value sangat rendah, yang berarti viral load tinggi.