"Pihak berwenang China telah bekerja keras untuk mendapatkan tingkat vaksinasi yang tinggi di seluruh negeri, tetapi mutabilitas virus berarti bahwa dampak dari upaya tersebut telah berkurang secara signifikan," kata Associate Professor Nicholas Thomas dari City University of Hong Kong, yang telah mengedit beberapa buku tentang kebijakan luar negeri dan kesehatan masyarakat.
"Tantangan ganda" yang sekarang dihadapi China adalah bagaimana memastikan bahwa populasinya kembali terlindungi dari Omicron dan setiap mutasi di masa depan, ditambah mengelola arus barang dan orang melintasi perbatasan ketika seluruh dunia bergerak untuk hidup dengan virus, katanya.
China telah mendeteksi dua kasus Omicron sejauh ini yang ditemukan pada pelancong yang kembali, dengan salah satunya ditemukan lebih dari dua minggu setelah ia memasuki negara itu.
Sinovac Biotech mengatakan pekan lalu, pihaknya tengah mempelajari bagaimana vaksinnya bertahan terhadap Omicron tetapi tidak memberikan batas waktu untuk merilis hasil. Perusahaan yang berbasis di Beijing itu tidak segera menjawab permintaan komentar atas temuan Universitas Hong Kong.
Para ilmuwan juga menyarankan anggota masyarakat untuk mendapatkan dosis vaksin ketiga sesegera mungkin, sambil menunggu suntikan generasi berikutnya.
Tetapi apakah dosis ketiga dari vaksin Sinovac saat ini akan meningkatkan respons antibodi penetralisir terhadap varian Omicron masih harus ditentukan, kata mereka.
(*)
Source | : | Kompas.com,kontan |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar