Pada 31 Mei 2018, Gus Yahya dilantik oleh Presiden Jokowi menjadi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Istana Negara, Jakarta.
Melansir Kompas TV, Gus Yahya pernah menempuh pendidikan di Pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, Jawa Tengah, berlanjut ke Pondok Pesantren KH Ali Maksum di Krapyak, Yogyakarta.
Dirinya juga pernah berkuliah di Fisipol Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.
Gus Yahya pun di publik internasional terkenal sebagai representasi Islam yang moderat.
Kegemarannya itu pula yang membuatnya menuai kontroversi karena memenuhi undangan untuk pergi ke Israel, yang dilayangkan American Jewish Committee (AJC) Global Forum pada 2018 lalu.
Bagi sebagian kalangan, langkah itu dianggap tidak selaras dengan komitmen terhadap kemerdekaan Palestina.
Meski demikian, Sekretaris Jenderal PBNU, Helmy Faishal Zaini beranggapan bahwa langkah itu selaras dengan yang pernah dilakukan Gus Dur, untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina lewat diplomasi segala cara.
Kekagumannya kepada Gus Dur pun menjadi jargonnya maju sebagai calon Ketua Umum PBNU, yakni Menghidupkan Gus Dur.
Jargon tersebut kemudian dibukukan, Menghidupkan Gus Dur: Catatan Gus Yahya Kenangan Yahya Staquf oleh penulis kenamaan, AS Laksana.
(*)