Disebutkan sebagai A'jubah as-Samirah (keajaiban Samirah). Menurut Hakim penguasa negeri kala itu, anak laki-laki aneh itu dirasuki setan.
Berita disebarkan luaskan ke berbagai penjuru dunia.
Sang hakim meminta bantuan tukang sihir dan para dukun seluruh dunia untuk mengeluarkan setan dari tubuhnya, yang menurutnya setan akan menggoncangkan singgasana atau 'Arsy Tuhan.
Tinggalah anak ajaib itu dalam pengawasan dan pemeliharaan hakim di istananya.
Selama satu tahun di istana terjadilah peringatan Tuhan kepada mereka, karena mereka melakukan zina dan liwath (homoseksualitas) maka seperti orang orang Sadum dan Amurah.
Allah memerintahkan Jibril untuk memendam mereka ke dalam bumi seperti dilakukan atas penduduk Sadum dan Amurah, yang tersisa hanya seorang anak kecil yang berada di istana hakim.
Setelah itu Jibril ditugaskan untuk membawa anak itu ke suatu pulau yang terletak di lautan luas, disebut laut Yaman.
Ia bertugas menjenguknya setiap saat sesuai dengan perintah Allah untuk menjaga dan memelihara, serta menyayanginya dengan memberi makan dan minum sampai waktu yang ditentukan.
Allah menyayangi anak itu, seraya berfirman kepada Jibril, " Hai Jibril, anak itu adalah HambaKu.
Tetapi di akhir zaman ia mengaku sebagai Tuhan yang disembah di muka bumi.