GridHot.ID -Si Doel Anak Sekolahan merupakan salah satu sinetron legendaris Indonesia pada era 90-an.
Rano Karno mengatakan, film Si Doel Anak Betawi (1972)menjadi inspirasinya untuk membuat sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
Dilansir dari Kompas.com, Rano Karno tampak menceritakan seluk beluk mengenai sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
Rano Karno mengatakan sinetron Si Doel Anak Sekolahan sempat beberapa kali ditolak stasiun televisi.
"Saya mulai menjajakan si Doel tahun 1990. Setiap minggu saya tunggu di ruang tunggu, saya tanya 'Pak, gimana?', 'aduh mas, coba deh minggu depan datang lagi'," ucap Rano Karno dikutip dari kanal YouTube Sule Channel, Minggu (7/11/2021).
"Begitu setiap minggu, ditolak, ditolak, ditolak," sambungnya.
Pada akhirnya, Rano Karno mencoba ke stasiun televisi terakhir yang menjadi harapannya dan yakin bakal diterima.
"Itu yakin saya (diterima), kenapa diterima? Karena kasihan lihat saya datang mulu," tutur Rano Karno.
Rano Karno juga menceritakan soal tiga pemainSi Doel Anak Sekolahan yang benar-benar buta huruf.
Tiga pemain itu adalah Haji Tile, Pak Bendot, dan Nyak Rodiyah.
"Yang repot lagi, tiga orang buta huruf," kata Rano, dikutip dari YouTube Sule Channel.
"Engkong, Pak Tile buta huruf, Pak Bendot bisa tapi lebih bisa bahasa Jawa, satu lagi bu Rodiyah, istrinya Engkong," ucap Rano sambil tertawa.
Lucunya lagi Pak Bendot meminta agar skenario diubah dalam bahasa Jawa.
"Percaya enggak, skenario si Doel ditulis tangan sama dia ke dalam bahasa Jawa, supaya tahu ngomonge opo, 'iki aku ngomonge opo'," ujar Rano.
"Urusannya sama Basuki," lanjut Rano menyerahkan persoalan tersebut pada pelawak Basuki yang juga membintangi sinetron tersebut sebagai Karyo.
Sambil menahan tawa, Rano mengingat momen ketika Maudy Koesnaedi, pemeran Zaenab yang kebingungan.
Maudy bingung karena dialog yang diucapkan mereka tidak sesuai dengan skenario yang sudah dia hapalkan.
"Maudy begitu pertama kali syuting keringetnya udah kayak oncom, tiba-tiba 'Bang, kok enggak ada di dalam skenario?'," kata Rano diiringi tawa.
Rano mengakui saat syuting Si Doel, dia memilih pasrah karena sering para pemain senior itu berdialog tanpa memperhatikan skenario, meskipun adegannya benar.
"Kadang-kadang gue capek, marah, gue bilang 'gue capek bikin skenario lu ngomongnya kok enggak ada di skenario,'" ujar Rano.
"Udah gue pusing, terserah, (akhirnya) lepas aja," sambung Rano Karno sembari tertawa.
Rano Karno juga cerita pengaruh besar meninggalnya Benyamin Sueb di tengah produksi sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
Rano yang menjadi otak di balik sinetron populer Si Doel Anak Sekolahan itu sampai membuang 13 skenario yang sudah selesai dibuat.
"Skenario yang udah jadi yang Babe (Benyamin Sueb) masih ada, itu udah kelar 13 episode," kata Rano.
"Begitu Babe meninggal, enggak mungkin saya bisa connect, berarti saya buang (skenarionya)," lanjut pemeran Doel itu.
Sejak awal membuat sinetron tersebut, Rano sangat ingin mengangkat budaya Betawi, dan juga benturan-benturan antara pemikiran tradisi dan modern.
Pemikiran tradiri diwakili dari sosok Babe (Benyamin), dengan pemikiran modern yang diwakili karakter Doel (Rano).
"Begitu Babe enggak ada bingung saya mau benturin ke mana?" ucap Rano Karno.
Dia juga tak berniat mencari pengganti pemeran Babe.
Menurutnya setiap karakter dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan merupakan pemeran utama yang tidak bisa digantikan.
"Semua dalam Si Doel enggak ada tokoh utama, semua bisa jadi tokoh utama, enggak mungkin (digantikan)," ucap Rano.
"Makanya, maaf, waktu Babe meninggal, saya enggak cari pengganti, walaupun bisa saja (cari pengganti), saya bilang tidak," lanjutnya.
Oleh karena itu, diakui Rano, awalnya dia sempat ingin menyudahi Si Doel Anak Sekolahan ketika Benyamin meninggal dunia.
"Saya jujur waktu itu, udah habis itu, saya enggak mau terusin. Saya mau cerita apa?" kata Rano lagi.
Hanya saja ketika melihat lagi masih ada pemain-pemain lainnya, Rano akhirnya kembali bangkit dan melanjutkan cerita Doel dengan mengangkat kisah cinta segitiga Sarah, Doel, dan Zaenab.
Walaupun sebenarnya Rano merasa belum sepenuhnya bisa menuangkan cerita kehidupan masyarakat Betawi seperti ide awalnya.
Rano tetap berusaha melestarikan budaya Betawi dan menuangkan keinginan-keinginan masyarakat Betawi
"Saya tidak merasa melestarikan kebudayaan, tapi saya bercerita banyak, tentang bagaimana keinginan masyarakat Betawi, dengan pendidikannya segala macam, potret-potretnya," tutur Rano.
Diketahui, Haji Tile, Pak Bendot, dan Nyak Rodiyah telah berpulang dan meninggalkan fans Si Doel Anak Sekolahan selama-lamanya.
(*)