Keinginan tersebut muncul pada tahun 1990.
Saat itu umat muslim merasa kesulitan menjangkau masjid, lantaran masjid terdekat berada di Kuta, yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari tempat tinggal mereka.
Akhirnya, keluhan mereka ditanggapi oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi saat itu, Joop Ave yang kemudian berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan tokoh-tokoh masyarakat setempat.
Menteri Joop Ave kemudian meminta agar dibangun suatu pusat peribadatan bagi lima agama yang diakui di Indonesia ketika itu.
Kehadiran tempat ibadah ini sekaligus memfasilitasi para karyawan dan tamu-tamu yang berkunjung untuk tetap bisa beribadah sesuai agamanya.
Kehadiran pusat peribadatan itu juga untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kerukunan beragama di Bali berlangsung dengan baik.
Lalu, pada tahun 1992, sepetak lahan seluas 2,5 hektare di Desa Kampial yang menghadap ke Tanjung Benoan menjadi tempat dibangunnya 5 rumah ibadah.
Setiap rumah ibadah dibangun diatas lahan seluas 5.000 meter persegi.
Namun, pembangunannya baru mulai dilakukan pada tahun 1994 dan berlangsung hingga tahun 1997, dengan menyelesaikan bangunan Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, dan Gereja GKPB Bukit Doa.
Selanjutnya, pada tahun 2003 Vihara Buddha Guna selesai dibangun.
Terakhir, Pura Jagat Natha menjadi rumah ibadah yang paling akhir diresmikan, yaitu pada 30 Agustus 2004.
Destinasi Wisata Religi Masjid Ibnu Batutah
Selain menjadi tempat beribadah, Masjid Ibnu Batutah didirikan sebagai salah satu tujuan wisata religi di Bali.
Setiap harinya, ratusan hingga ribuan wisatawan domestik dari berbagai penjuru Indonesia mengunjungi Masjid seluas 3000 meter persegi ini.
Source | : | Kompas.com,TribunTravel.com |
Penulis | : | Egista Hidayah |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar