Dikutip GridHot.ID dari Tribunnewswiki, Masjid Saka Tunggal memiliki beberapa tradisi unik yang masih berlangsung hingga saat ini.
Diantaranya, masjid ini tak menggunakan pengeras suara sebagai ajakan sholat. Meski zaman telah modern, adzan di masjid ini tidak menggunakan pengerasa suara sebagaimana masjid-masjid pada umumnya.
Uniknya lagi, adzan dikumandangkan oleh empat muazin sekaligus dan dilakukan secara bersamaan.
Lalu, Muazin dan imam di masjid ini memiliki ciri khas unik karena selalu menggunakan penutup kepala dengan udeng atau pengikat kepala.
Tak hanya itu, Masjid Saka Tunggal juga memiliki ritual rutin yang disebut sebagai ganti jaro.
Ritual tersebut dilakukan untuk mengganti pagar bambu keliling Masjid Saka Tunggal.
Tentu, ritual ini diikuti oleh seluruh warga desa Cikakak.
Ada yang harus diperhatikan saat membuat pagar.
Seperti, warga desa dilarang berbicara dengan suara keras serta tidak boleh menggunakan alas kaki.
Oleh karena itu, yang terdengar hanya pagar bambu yang dipukul.
Karena melibatkan ratusan warga, hanya dalam waktu 2 jam saja pagar sepanjang 300 meter ini selesai.
Selain bermakna kebersamaan dan gotong royong, tradisi ganti Jaro Rajab ini bagi warga di sini dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat pada diri manusia.
Keunikan Masjid Saka Tunggal yang penuh dengan filosofi dan sejarah ini tentunya menarik perhatian wisatawan.
Selain dapat beribadah sekaligus melihat bukti nyata penyebaran agama Islam di Banyumas, para wisatawan juga dapat menikmati keindahan alam yang menakjubkan.
Pasalnya, masjid yang telah berdiri sejak jaman dahulu kala ini memiliki suasana yang kental dengan nuansa pedesaan Jawa, dimana kanan dan kirinya dikelilingi perbukitan tempat tinggal para kera liar. (*)
Source | : | Tribunnewswiki.com,TribunBanyumas.com |
Penulis | : | Egista Hidayah |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar