Sejumlah bagian rumah seperti plafon, pintu belakang dan depan, asbes, dan teras rumah, sudah rusak.
Setelah rumah direnovasi, Viki merasa ditipu oknum perantara bantuan tersebut.
Ia menduga ada mark up biaya bedah rumah bersama toko penyedia material bangunan.
Biaya yang seharusnya habis Rp 10 juta justru membengkak hingga Rp 16,6 juta.
Viki menyebut, tak pernah dikonfirmasi sebelumnya bahwa uang bantuan bedan rumah itu tak cukup membiayai renovasi rumahnya.
Apalagi, selama renovasi dilakukan, Viki tak pernah menerima kwitansi belanja.
"Tidak pernah dikasih nota pembelanjaan, bahkan pemilik toko menyuruhku membayar dulu. Nanti kelebihannya akan dilaporkan ke Wabup Lumajang," tambahnya.
Baca Juga: Mulai dari Pisang, Berikut 5 Hal yang yang Bisa Dikonsumsi untuk Mengatasi Asam Lambung Naik
Kini, bukan rasa bahagia yang menyelimuti Viki setelah rumahnya direnovasi.
Pria yang bekerja serabutan itu malah makin bingun karena ditagih utang jutaan rupiah.
Ia bahkan sempat meminjang uang kepada sebuah bank untuk membayar sebagian utang di toko bangunan.