Pasalnya, pada halaman tersebut terdapat pohon kurma yang tumbuh besar, namun tidak pernah berbuah sekalipun.
Meski berulang kali direnovasi, masjid ini tetap mempertahankan bentuk awalnya yang memadukan arsitektur arab dan nusantara.
Budaya di dalam Masjid As Said
Masjid kebanggaan kota Makasar ini memiliki budaya khusus, terutama saat bulan Ramadhan tiba.
Pasalnya, saat Ramadhan, Masjid As Said memiliki kekhususan tersendiri yakni amalan dzikir ratibul haddad.
Pembacaan dzikir dimulai setelah adzan salat isya.
Dzikir rattibul haddad, merupakan peninggalan keluarga para sayyid Bani Alwi dari Hadramaut, dan di susun oleh Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al Haddad.
Dzikir di susun berlandaskan dari hadis, kemudian dikumpulkan dalam suatu bingkai dzikir.
Masjid As Said ini juga memiliki ke khususan dibanding masjid lain pada umumnya, dimana jamaahnya hanya laki-laki saja.
Meski begitu, pihak masjid tidak melarang jika kaum perempuan ingin singgah untuk beribadah.
Mengunjungi Masjid As Said memang sangatlah menarik, selain bisa belajar mengenai sejarah perkembangan Islam di tanah sulawesi, para pengunjungi juga dapat melihat langsungcerminan toleransi antar budaya dan umat beragama di daerah tersebut.