GridHot.ID - Ramadan 2022 yang penuh berkah kini telah tiba.
Melansir gridhype.id, ada banyak amalan yang bisa kita persiapkan demi menyambut bulan suci Ramadhan ini.
Ramadhan merupakan bulan yang penuh kemuliaan dan keberkahan, dan berpuasa di bulan ini merupakan satu perintah dari rukun Islam.
Dilansir dari Kompas TV, bulan Ramadan merupakan bulan suci yang selalu dinantikan oleh umat Muslim. Sebab, banyak keberkahan dan ampunan di dalamnya.
Allah SWT telah menjanjikan banyak pahala untuk ibadah yang dilakukan di Bulan Ramadan.
Bukan hanya ibadah wajib seperti puasa dan salat saja, tetapi juga ibadah sunnah.
Mengutip laman nu.or.id, Syekh Muhammad ibn ‘Umar Nawawi al-Bantani telah merinci sejumlah amalan sunnah yang bisa kita laksanakan di Bulan Ramadan.
Berikut 8 amalan sunnah yang bisa dilakukan:
Mengakhirkan Makan Sahur
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang artinya, “Bersantap sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan,” (HR al-Bukhari).
Bersantap sahur tidak harus dengan mengonsumsi makanan, bahkan jika waktunya mepet, dibolehkan menyantap sesuatu walaupun hanya sedikit atau hanya seteguk air.
“Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka,” (HR Ahmad).
Menyegerakan Berbuka
Saat pertama berbuka, sunnahnya dilakukan dengan kurma.
Namun, jika tidak ada kurma, hendaknya dengan air.
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah yang artinya “Jika salah seorang berpuasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma, maka dengan air. Sebab, air itu menyucikan,” (HR Abu Dawud).
Urutan berbuka puasa, pertama dengan kurma basah (ruthab) jika ada.
Jika tidak, maka dengan kurma kering (tamar). Jika tidak, maka dengan air.
Sebab, sebuah riwayat menyebutkan, sebelum shalat maghrib, Rasulullah SAW selalu berbuka dengan kurma basah.
Jika tidak ada, beliau berbuka dengan kurma kering. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan air putih.
Bagaimana seandainya tidak ada kurma dan air, yang ada misalnya madu dan susu, maka dihulukanlah madu walaupun sama-sama manis.
Mandi Besar sebelum Terbit Fajar
Mandi besar sebelum terbit fajar bertujuan agar bisa menunaikan ibadah dalam keadaan suci, di samping khawatir masuk air ke mulut, telinga, anus, dan sebagainya jika mandi setelah fajar.
Kendati tidak bersedia mandi seluruh tubuh sebelum fajar, hendaknya mencuci bagian-bagian tersebut (yang sekiranya rawan masuk air) disertai dengan niat mandi besar.
Menahan Lisan
Sebaiknya menahan lisan dari perkara tak berguna, terlebih untuk perkara haram, seperti berbohong dan mengumpat. Sebab, semuanya akan menggugurkan pahala puasa.
Menahan Diri
Selama bulan suci Ramadan, disunahkan untuk menahan diri dari segala hal yang tak sejalan dengan hikmah puasa.
Seperti, berlebihan dalam makan dan minum, bersenang-senang dengan perkara kepuasan nafsu, baik yang didengar (seperti musik), ditonton, disentuh, diraba, dicium, dan sebagainya.
Sebab semua itu tak seiring dengan hikmah dari ibadah puasa.
Perbanyak Sedekah
Memperbanyak sedekah di bulan suci Ramadan bisa dengan memberi makanan secukupnya, walau hanya seteguk air atau sebiji kurma.
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya “Siapa saja yang memberi makanan berbuka kepada seorang yang berpuasa, maka dicatat baginya pahala seperti orang puasa itu, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa tersebut,” (HR Ahmad).
Selain itu, juga sebaiknya memperbanyak baca Alquran, belajar Alquran, menuntut ilmu, berdzikir, berbuat baik di mana pun, walaupun saat berada di jalan.
Memperbanyak I'tikaf di Masjid
Sebaiknya melakukan itikaf selama sebulan penuh. Namun, jika tidak mampu, sepuluh malam terakhir diutamakan.
Sebab, jika memasuki sepuluh malam terakhir, Rasulullah SAW selalu menghidupkan malam, membangunkan keluarganya, dan mengencangkan ikat pinggang sebagai bentuk kesiapan menjalankan ibadah.
Mengkhatamkan Alquran
Mengkhatamkan Alquran setidaknya sekali selama bulan Ramadan merupakan sunnah yang bisa dilakukan.
Jika mampu khatam sebanyak-banyaknya, tentu itu lebih bagus, seperti para ulama terdahulu.
Bahkan, Imam al-Syafi‘i mengkhatamkannya hingga 60 kali setiap Bulan Ramadan. (*)