Selain empat pilar yang berdiri kokoh itu, terdapat dua pemberian pilar lainnya di Masjid Jami Kalipasir yaitu Baluarti dan Pasir Karba.
Baluarti merupakan pemberian dari ayah Pahlawan Nasional asal Banten, Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu Sultan Abdul Ma’ali Ahmad dan Rau Martakusuma.
Sedangkan Pasir Karba dipasang oleh ulama yang berasal dari salah satu negara di Timur Tengah, saat pembangunan Masjid Jami Kalipasir dilakukan.
"Setelah Masjid Jami Kalipasir ini berdiri, ayah dari Sultan Ageng Tirtayasa itu memberikan hadiah yang tidak semua masjid punya yaitu sebuah kenang-kenangan bernama Baluarti, yang diberikan sekitar tahun 1680," kata Rudi.
"Sebelum tahun 1555, ada utusan ulama yang berasal dari Timur Tengah, bersama dengan Sunan Kalijaga, mereka menebarkan pasir karba sebentuk pasir atau tanah berwarna hitam dari Irak".
"Tapi, kita enggak tahu itu pasir itu ditaburin di pondasi masjid dalam lapis keberapa," ucapnya.
"Pasir Karba itu tidak seperti tanah lain, jadi kalau kaki kita basah, kaki kita enggak akan kotor sama sekali," katanya.
Menurutnya, tidak semua masjid memiliki Baluarti. Masjid yang memiliki pemberian Sultan Abdul Ma’ali Ahmad itu hanya masjid tertua di Cirebon, Jawa Barat dan Demak, Jawa Tengah.
Kini, Baluarti pemberian orangtua pahlawan nasional tersebut ditempatkan pada pondasi tertinggi Masjid Jami Kalipasir yaitu sebagai pengganti kubah.
Sedangkan Pasir Karba yang ditebarkan dalam pembangunan Masjid Jami Kalipasir bertujuan untuk mempersatukan masyarakat dan alim ulama untuk bersatu dalam agama islam.
"Saat ini, Baluarti itu kita gunakan di bagian atas bangunan Masjid Jami Kalipasir, jadi kita enggak pakai kabah, dan penggantinya Baluarti ini."