Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Wajib Tahu, Stres dan Kecemasan Ternyata Memperburuk Penyakit Asam Lambung, Ini Penelitiannya

Siti Nur Qasanah - Rabu, 27 April 2022 | 09:42
Ilustrasi sakit asam lambung
Freepik.com

Ilustrasi sakit asam lambung

GridHot.ID - Apakah penyakit asam lambung ada hubungannya dengan kecemasan atau stres?

Sebagaiman diketahui, penyakit asam lambung merupakan kondisi di mana asam di lambung naik ke kerongkongan.

Naiknya asam lambung ke kerongkongan ini akan menyebabkan rasa mulas atau sensasi terbakar di dada.

Bentuk kronis dari penyakit asam lambung adalah refluks gastroesofageal (GERD).

GERD didiagnosis ketika asam lambung naik terjadi lebih dari dua kali seminggu.

Melansir Medical News Today, stres dapat memperburuk gejala asam lambung dan kecemasan adalah respons alami terhadap stres dalam tubuh.

Paradoksnya, mengalami kecemasan juga bisa membuat stres, yang dapat melanjutkan siklus.

Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa stres dan kecemasan dapat memicu asam lambung atau memperburuk gejala.

Misalnya, studi tahun 2018 berjudul "Association Between Anxiety and Depression and Gastroesophageal Reflux Disease: Results From a Large Cross-sectional Study" yang melibatkan lebih dari 19.000 orang menemukan bahwa mereka yang mengalami kecemasan lebih mungkin mengalami gejala GERD.

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini Perbedaan Gejala Nyeri Dada Karena Asam Lambung Kronis dan Serangan Jantung

Para peneliti menyarankan beberapa kemungkinan alasan fisik untuk ini:

  • Kecemasan dapat mengurangi tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah yang merupakan pita otot yang menjaga lambung tetap tertutup dan mencegah asam bocor ke kerongkongan.
  • Respons stres dan kecemasan dapat menyebabkan ketegangan otot yang bertahan lama. Jika ini mempengaruhi otot-otot di sekitar perut, itu bisa meningkatkan tekanan pada organ ini dan mendorong asam ke atas.
  • Tingkat kecemasan yang tinggi dapat meningkatkan produksi asam lambung.
Dalam beberapa kasus, orang dengan kecemasan yang memiliki jumlah episode asam lambung naik yang sama dengan orang tanpa kecemasan menilai episode ini lebih parah.

Penulis sebuah studi di Clinical Gastroenterology and Hepatology juga menemukan bahwa di antara orang-orang dengan GERD, gejalanya lebih parah pada mereka yang memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi.

Ilmuwan juga mencatat bahwa GERD dapat menjadi sumber utama stres dan kecemasan bagi orang-orang.

Pada tahun 2019, peneliti mencatat bahwa penderita GERD yang mengalami nyeri dada mengalami tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi.

Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat memungkinkan lingkaran setan berkembang.

GERD dapat menyebabkan stres dan kecemasan, tetapi tingkat stres dan kecemasan juga berkontribusi terhadap GERD.

Baca Juga: Jika Tak Diobati dengan Benar, Asam Lambung Kronis Bisa Sebabkan Berbagai Komplikasi Berbahaya, Salah Satunya Kanker Kerongkongan

Oleh karena itu, penanganan secara fisik dan psikologis sangat penting untuk mengatasi gejala yang mungkin muncul.

Faktor lain yang dapat menyebabkan asam lambung naik meliputi:

  • makan sebelum tidur
  • makan makanan besar atau berlemak
  • makanmakanan pedas
  • mengalami obesitas
  • mengonsumsi alkohol
  • merokok
Penanganan dan pencegahan

Banyak orang menghadapi asam lambung naik sesekali dan merasa cemas dari waktu ke waktu ketika mereka menghadapi situasi stres.

Ketika salah satu atau kedua gejala menjadi kejadian biasa, penting untuk mengambil langkah-langkah untuk mengobati atau mencegahnya.

Selain itu, karena gejala refluks asam dan kecemasan dapat memperburuk satu sama lain, mengambil tindakan cepat dapat membantu mencegah siklus ini berkembang.

Orang mungkin dapat meredakan gejala GERD menggunakan satu atau lebih metode, termasuk:

  • menemukan dan menghilangkan makanan yang memicu gejala
  • menghindari makanan yang sangat berlemak
  • makan selambat-lambatnya 2-3 jam
  • sebelum tidur dokter juga akan meresepkan beberapa obat sesuai kebutuhan
Dokter juga dapat merekomendasikan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi atau mencegah kecemasan, termasuk:

  • menghadiri sesi terapi perilaku kognitif (CBT) reguler
  • mengurangi asupan kafein
  • menghindari penggunaan narkoba dan alkohol untuk rekreasi
  • terlibat dalam teknik menghilangkan stres, seperti yoga, meditasi, atau tai chi
  • minum obat yang diresepkan oleh dokter, seperti serotonin-norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI) atau benzodiazepin.
(*)

Source :Medical News Today

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x