Seorang pengikut sekte yang berusia 64 tahun mengatakan kepada media bahwa mayat ibunya juga ada di kompleks itu.
Dia percaya semua mayat itu 'dalam keadaan damai' dan tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap.
"Kadang-kadang mereka berbau seperti melati… mereka menggunakan getah bening dari mayat-mayat ini untuk membasuh wajah mereka dengan keyakinan bahwa itu adalah pengobatan ajaib untuk menyembuhkan mereka dari segalanya," ujarnya.
Pemimpin sekte dilaporkan bernama Joseph dan dia tidak memiliki nama keluarga.
Joseph menjelaskan kepada Mor Pla dan media bahwa dia tidak pernah memberi tahu atau memaksa pengikutnya untuk mengkonsumsi kotorannya.
Dia mengatakan mereka percaya pada kekuatannya.
Satu di antara 11 mayat adalah seorang anak berusia satu tahun yang tidak dapat diidentifikasi pada saat penggerebekan.
Pemimpin masyarakat setempat, Amporn Chanratnaew, menjelaskan kepada media bahwa 10 mayat lainnya, kecuali bayinya, dilaporkan ke pihak berwenang "menurut hukum Thailand".
Namun, dia dan warga lain di komunitas itu tidak tahu bahwa semua mayat disembunyikan dan bahkan tidak tahu bahwa ada komunitas di dalam sawah.
Tanah di mana komunitas itu berada adalah area publik, tanpa pemilik.
Gubernur Provinsi, Kraisorn Kongchalard, kemudian mengunjungi kompleks tersebut untuk menasihati pemimpin sekte itu tentang kebersihan dan memperingatkan para pengikutnya untuk tidak percaya pada semua yang diberitahukan kepada mereka.
Gubernur mengatakan "pemimpin" awalnya akan didakwa melanggar Undang-Undang Pengendalian Penyakit karena tidak ada yang memakai masker.
Hukuman lain akan dipertimbangkan setelah otopsi mayat selesai dan penyelidikan penuh terhadap perambahan tanah publik. (*)
Source | : | The Thaiger |
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar