GridHot.ID - Sebuah video yang menunjukkan bahwa KKB Papua tengah terpecah belah mendadak viral.
Melansir Tribunmanado.co.id, viral di media sosial rekaman video yang menunjukkan bahwa KKB Papua kini tengah terpecah belah.
Dalam video tersebut, menampilkan sosok Egianus Kogoya selaku pimpinan KKB Papua di Nduga, mengkritisi para tokoh yang menyuarakan Papua Merdeka seperti Benny Wenda.
Dilansir dari tribunpalu.com, Panglima kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua, Egianus Kogoya baru-baru ini marah besar.
Egianus Kogoya baru-baru ini memperlihatkan kekesalannya ketika berkomunikasi dengan Benny Wenda, pria yang selama ini mengklaim diri sebagai presiden sementara Papua Barat.
Melalui video yang kini beredar di dunia maya, Egianus Kogoya tampak murka.
Dengan suara lantang dan tangan diacung-acungkan, Egianus Kogoya melontarkan pernyataan pedas yang ditujukan kepada orang-orangnya yang hidup luar negeri.
Orang-orang yang dimaksud Egianus Kogoya adalah mereka yang selama ini mengaku sebagai diplomat dan berjuang untuk Papua merdeka.
Bahkan dalam video tersebut, Egianus Kogoya secara blak-blakan menyebut nama satu per satu yang memang selama ini berada di luar negeri.
Nama-nama yang disebutkan itu, antara lain Benny Wenda, Sebby Sambom. Viktor Yemu dan Jefri Pagawa.
Keempat sosok ini dituding sebagai pihak yang hanya menumpang hidup dari keganasan KKB yang berperang di Papua.
"Kami berjuang setengah mati di hutan untuk Papua merdeka, tapi kalian yang hidup di luar negeri, mengaku sebagai diplomat, tapi hanya untuk kepentingan mencari keuntungan dari kami," tandas Egianus Kogoya.
Egianus Kogoya memang marah besar. Dengan nada bicaranya yang melengking tinggi, ia menuding para figur tersebut tak optimal berjuang untuk Papua merdeka.
Akan tetapi tak diketahui persis faktor apa yang memicu, sehingga emosi panglima perang di Ndugama itu sama sekali tak terkendali.
Dia mengatakan: "Saudara Benny Wenda, tahukah kalian bagaimana perjuangan di Tanah Papua?"
"Saudara Sebby Sambom, apakah kalian rasakan bagaimana susahnya para pejuang kemerdekaan di Papua?"
"Kalian enak tinggal di luar sana, tapi kami di sini, siang malam berperang untuk Papua merdeka."
"Pernahkah kalian merencanakan bagaimana merekrut anak-anak untuk jadi anggota supaya berperang?" kata Kogoya.
"Pernahkah kalian pikirkan bagaimana anak-anak Papua bisa sekolah, supaya nantinya mereka bisa membangun Papua?"
Dalam video yang viral tersebut, putra Silas Kogoya juga menandaskan, bahwa selama ini mereka terus berperang tanpa henti.
Peperangan yang dilakukan hanya untuk satu tujuan, yakni merebut kemerdekaan Papua dari tangan bangsa kolonial.
Yang dimaksud Egianus Kogoya dengan bangsa kolonial, adalah Indonesia.
Lantas siapa sebenarnya sosok Benny Wenda?
Benny merupakan seorang putra Papua yang lahir pada 17 Agustus 1974. Sejak dulu, Benny sudah dekat dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Terlebih sang kakak, Matias Wenda, merupakan pemimpin OPM di Pegunungan Tengah, Papua.
Pada 2001, Benny diduga terlibat dalam aksi penyerangan Polres Abepura. Bekerja sama dengan sang kakak, Benny turut mengerahkan sekitar 500 warga Jayawijaya ke perbatasan Jayapura-Papua Nugini dengan alasan keamanan di Jayapura tidak terjamin.
Kelompok ini juga melakukan pembantaian terhadap enam warga pendatang pekerja kayu di perbatasan RI-Papua Nugini pada Desember 2001.
Kemudian, pada 2002, Benny Wenda ditangkap polisi lantaran dituding menghasut masyarakat dan memimpin sejumlah pertemuan gelap untuk menyerang pos-pos TNI/Polri pada Juni 2002.
Lalu, pada 29 Oktober 2002, Benny Wenda melarikan diri dari ruang tahanan dengan mencongkel jendela kamar mandi. Benny diduga melarikan diri ke Papua Nugini hingga kemudian melanjutkan perjalanan ke Inggris.
Tak lama kemudian, pada 2003, Benny memperoleh suaka dari Pemerintah Inggris dan menetap di sana bersama keluarganya.
Lama menetap di Inggris membuat Benny memiliki jaringan internasional yang luas. Dia bahkan pernah bertemu Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Pemerintah Vanuatu-lah yang ketika itu memfasilitasi tokoh pembebasan Papua Barat itu untuk bertemu Komisi Tinggi HAM PBB.
Pertemuan terjadi di sela kunjungan kehormatan delegasi Vanuatu ke kantor KTHAM pada Jumat, 25 Januari 2019.
Kehadiran Benny Wenda ternyata mengejutkan KTHAM karena pembahasannya berbeda dengan tujuan kedatangan delegasi Vanuatu ke kantor KTHAM, yakni untuk membahas pelaksanaan Universal Periodic Review (UPR) HAM Vanuatu.
Ditambah pula, Benny Wenda tidak tercatat sebagai delegasi resmi Vanuatu.
Pemerintah Indonesia pun meradang dengan melayangkan protes keras terhadap Pemerintah Vanuatu.
Dapat penghargaan
Tak hanya di situ, jejaring internasional Benny Wenda semakin berkembang lewat penghargaan yang ia terima dari Dewan Kota Oxford pada 17 Juli 2019.
Dalam penghargaan tersebut, Benny dinobatkan sebagai pelaku kampanye damai untuk demokrasi.
Pemerintah Indonesia kembali meradang saat mengetahui Benny Wenda menerima penghargaan tersebut.
Menurut Pemerintah Indonesia, penghargaan itu bertolak belakang dengan apa yang selama ini dilakukan Benny Wenda untuk memisahkan Papua Barat dari NKRI.
"Indonesia mengecam keras pemberian award oleh Dewan Kota Oxford kepada seseorang bernama Benny Wenda, pegiat separatisme Papua yang memiliki rekam jejak kriminal di Papua," tulis Kemenlu dalam keterangan tertulis yang merespons pemberian penghargaan tersebut. (*)