Kedua, relatif singkat jeda waktu antara gelegak amarah dan perilaku agresif.
Ketiga, tindakan pelaku setara dengan penderitaan yang ia alami akibat perbuatan korban.
"Juga, api cemburu dan amarah itu seyogianya tidak dipandang sebagai pola reaksi emosional dalam ruang vakum. Dia merupakan satu mata rantai dengan tahapan reaksi emosional lainnya," ujar Reza.
"Yakni denial, anger, bargaining, depression, acceptance. Begitu urutannya," tambah Reza.
Jadi kata Reza amarah, yang berlanjut dengan pembunuhan, justru boleh jadi nantinya berlanjut dengan depresi.
"Depresi, kata ilmuwan, merupakan gerbang menuju bunuh diri. Alhasil, andaikan tidak membunuh (sebagai luapan amarah), tidak tertutup kemungkinan si NU malah bunuh diri akibat depresi," kata Reza.
"Saat dia membunuh, saya bayangkan dia berada pada fase amarah. Andai dia coba tahan amarahnya, lalu dia mencoba bargaining yakni mengompromikan isi kepala dan isi hatinya, namun gagal, maka kemungkinan besar dia akan masuk ke fase depresi. Apabila dia tidak mampu keluar dari fase depresi, maka pada saat itulah kemungkinannya adalah dia bunuh diri,' papar Reza.
"Tapi kalau dia mampu mengatasi depresinya, maka dia selamat. Di fase terakhir, yakni acceptance, dia akan bisa menerima kenyataan. Sedih mungkin tetap ada. Juga amarah. Tapi tidak sampai dimuntahkan ke dalam perilaku agresif," katanya.
4 Bulan Jalin Asmara Terlarang
Kapolsek Cengkareng Kompol Ardhie Demastyo mengatakan, DN dan suami NN ini menjalin hubungan terlarang.
Asmara antara korban dan suami tersangka terungkap ketika pelaku NN membaca chat mesra yang dikirim korban kepada suaminya itu.