GridHot.ID -Kesatuan elite TNI Angkatan Laut Indonesia berduka.
Sosok yang memprakarsai berdirinya Datasemen Jala Mengkara (Denjaka) Mayor Jenderal Mar (Purn) Gafur Chaliq tutup usia pada Senin (6/6/2022) sekitar pukul 09.23 WIB.
Diansir dari kompas.com, Gafur menghembuskan napas terakhir karena sakit di Rumah Sakit Universitas Kristen Indonesia (UKI), Jakarta Timur.
"Siap benar (Gafur tutup usia)," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksma Julius Widjojono melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Senin sore.
Gafur diketahui memiliki kontribusi besar dalam kelahiran satuan elite yang dimiliki TNI Angkatan Laut bernama Denjaka.
Abituren Akademi Angkatan Laut (AAL) angkatan XI tahun 1965 ini merupakan pencetus sekaligus komandan pertama Denjaka yang menjabat pada 1983-1984.
Pria kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat ini pernah menjabat sebagai Komandan Intai Amfibi 1/Marinir pada 1982-1983.
Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Komandan Korps Marinir ke-10, tepatnya pada periode 1992-1994.
Dilansir dari Surya.co.id, berikut karier militer Gafur.
-Danyontaifib 1/Marinir (1982-1983)-Dandenjaka (1983-1984)-Danyonif 4/Marinir (1984-1984)-Danbrigif 1/Marinir (1989-1990)-Danmentar-Dansatmar Armatim-Wagub AAL-Dankormar (1992-1994)-Koorsahli Kasal (1994-1994)-Irjenal (1994-1996)-Tenaga Ahli Pangab Tk. III Bidang Kesra (1996)-Pati Mabes TNI AL (Dalam Rangka Purna Tugas)
Denjaka
Dilansir dari Tribunnews.com, Denjaka merupakan pasukan khusus yang dibentuk oleh TNI AL.
Para personel Denjaka berasal dari personel terbaik yang semula sudah bertugas di satuan pasukan khusus TNI AL, yakni Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Intai Amfibi Marinir (Taifib).
Eksistensi Denjaka sebagai satuan antiteror aspek laut TNI dimulai sejak diterbitkannya Surat Keputusan KSAL No.Skep/2848/XI/1982 tertanggal 4 November 1982.
Ya Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) adalah pasukan khusus milik TNI AL yang memiliki kemampuan mumpuni.
Dalam berbagai atraksi di luar negeri, Denjaka kerap membuat gentar pasukan-pasukan khusus lainnya termasuk Navy SEAL dari Amerika Serikat (AS).
Para anggota Navy SEAL yang secara rutin melakukan latihan bersama Denjaka selalu dibuat geleng-geleng kepala mengingat latihan Denjaka tergolong ekstrem dan berbahaya.
Misalnya saja para personel Denjaka biasa melakukan latihan menembak sasaran dalam jarak dekat dan saling berhadap-hadapan menggunakan peluru tajam, melakukan demo penerjunan dari udara untuk membebaskan teroris dengan cara terjun di atas atap gedung atau kapal kecil yang sedang melaju di tengah laut, dan lain-lain.
Pasukan ini juga terlatih berenang di laut dengan jarak jauh dan menyelam ke dasar laut.
Di awal pembentukannya, Pasusla beranggotakan 70 prajurit pilihan yang berasal dari Satuan Pasukan Katak (Kopaska) dan Batalion Intai Amfibi Marinir (Yontaifib).
Surat keputusan itu berisi, pembentukan Pasukan Khusus Angkatan Laut (Pasusla) yang bertugas menanggulangi bermacam bentuk ancaman keamanan yang terjadi pada aneka wahana transportasi laut sipil, kapal perang TNI AL, maupun instansi penting yang berada di tepi pantai atau di tengah laut.
Pucuk kendali pembinaan menjadi tanggung jawab Panglima Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) dengan koordinasi bersama Komandan Korps Marinir.
Sementara wewenang penugasan ada di tangan KSAL.
Pasusla memperoleh legalisasi lewat surat keputusan Panglima ABRI tahun 1984.
Sejak itu Pasusla menjadi satuan antiteror yang pembinaannya khusus di bawah Komandan Korps Marinir.
Secara resmi nama "Detasemen Jala Mangkara" mulai dipakai sejak keluarnya Surat Keputusan KSAL No.Kep/42/VII/1997 tertanggal 31 Juli 1997.
Namun hingga kini justru tanggal 4 November yang ditetapkan sebagai hari jadi satuan elite yang bermarkas komando merangkap pusat pendidikannya berada di Bhumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan.
(*)