Semua orang ketakutan: beberapa orang telah melarikan diri ke semak-semak, yang lain telah melintasi perbatasan ke Papua Nugini. 100.000 warga sipil Papua Barat telah mengungsi akibat operasi militer Indonesia dalam tiga tahun terakhir saja.
Tidak ada hak asasi manusia di Papua Barat, dan juga tidak ada kebebasan berekspresi. Indonesia mendakwa tahanan politik dengan pengkhianatan jika mereka menyerukan kebebasan.
Victor Yeimo, juru bicara KNPB, menghadapi hukuman penjara seumur hidup hanya karena secara damai menyerukan referendum.
Delapan mahasiswa Papua telah ditahan sejak Desember dan terancam hukuman 20 tahun penjara. Apa kejahatan mereka? Cukup berdemonstrasi dengan bendera Bintang Kejora buatan sendiri.
Bahkan Gubernur Papua Barat, tangan panjang Jakarta di Papua Barat, dilecehkan ketika dia mencoba membuat hidup lebih mudah bagi orang Papua Barat.
Bupati Mimika juga pernah dilecehkan dan dituduh korupsi hanya karena berusaha membangun gereja untuk warga sipil di sana.
Bagaimana Indonesia bisa berharap untuk membangun kepercayaan dengan Bupati ketika mereka berperilaku seperti ini?
Demikian juga, saya telah melihat laporan media dan video yang menunjukkan pelecehan Indonesia terhadap Dewan Gereja Papua Barat. Ini juga harus segera dihentikan.
Indonesia memberi tahu dunia bahwa mereka sedang mengembangkan Papua Barat, tetapi ini bohong. Ini bukan pembangunan tapi kehancuran. Penghancuran gunung kami, hutan kami, budaya suku kami.
Operasi militer terus berlanjut di Intan Jaya karena Indonesia sedang membangun tambang emas di sana, Blok Wabu. Mereka membangun jalan raya trans Papua melalui hutan hujan kita karena mereka ingin mengambil sumber daya alam kita.
Alih-alih perusakan lingkungan ini, dunia harus mendukung Visi Negara Hijau kita, yang menawarkan masa depan bagi seluruh umat manusia.
Source | : | Kompas.com,Surya.co.id |
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar