Sallam, salah seorang staff peneliti dari kekhalifahan Abassiah yang dipimpin oleh al-Watsiq Billah dan Ibnu Bathuthah menyatakan hal yang sama bahwa lokasi ini diberada di Asia Tengah.
Pada tahun 842 Kekhalifahan Abbasiyah, al-Watsiq Billah, bermimpi bahwa dinding pembatas yang mengurung kedua suku itu hancur.
Kkarena mimpi itulah ia mengutus sebuah tim ekspedisi yang dipimpin oleh Sallam salah seorang staff peneliti ke gerbang besi tadi, untuk mengetahui keadaan dinding itu dan lokasinya.
Al-Watsiq menginstruksikan kepada Sallam untuk mencari tahu tentang tembok itu.
Saat itu Sallam ditemani 50 orang. Penelitian tersebut memakan biaya besar.
Disebutkan dalam Nuzhat al-Musytaq, buku geografi, karya al-Idrisi, Al-Watsiq mengeluarkan biaya 5000 dinar untuk penelitian ini.
Mereka masih mendapati gerbang di antara gunung selebar 137 meter dengan kolom besar di kiri kanan terbuat dari balok-balok besi yang dicor dengan cairan tembaga, tempat bergantung daun pintu raksasa.
Kisah lain menyebutkan Sallam melihat pegunungan yang terpisah oleh lembah. Luas lembah sekitar 150 meter dan lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.
Al-Idrisi juga menceritakan bahwa menurut cerita Sallam penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari.
Setelah itu mereka menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan reaksi dari dalam pintu. Ternyata, mereka mendengar gema teriakan dari dalam.
Hal itu menunjukkan bahwa di dalam pintu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon Yakjuj dan Makjuj itu.
Mereka sering mengganggu, menyerbu, membunuh, suku-suku lain. Mereka pembuat onar dan sering menghancurkan suatu daerah.
Masyarakat mengadukan kelakuan suku Yakjuj dan Majjuj kepada Dzul Qarnain.
Dzul Qarnain kemudian menggiring (mengusir) mereka ke sebuah pegunungan, lalu menutupnya dengan tembok dan pintu besi.
Menjelang kiamat nanti, pintu gerbang itu akan berhasil dijebol oleh mereka, kemudian mereka keluar dan membuat onar dunia, sampai mereka bertemu dengan Nabi Isa al-Masih dan umatnya.
Dalam bukunya al-Syarif al-Idrisi juga menuturkan bahwa Sallam pernah bertanya kepada penduduk sekitar pegunungan, apakah ada yang pernah melihat Yakjuj dan Makjuj.
Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup. Lalu angin badai bertiup melemparkan mereka.
Penduduk di situ melihat tubuh mereka sangat kecil. Setelah itu, Sallam pulang melalui Taraz (Kazakhtan), kemudian Samarkand (Uzbekistan), lalu kota Ray (Iran), dan kembali ke istana al-Watsiq di Surra Man Ra’a, Iraq. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Khalifah.
Ibnu Bathuthah menuturkan dalam Kitab Rahlat Ibnu Bathuthah pegunungan Yakjuj dan Makjuj berada sekitar perjalanan 6 hari dari China.
Penuturan ini tidak bertentangan dengan al-Syarif al-Idrisi. Soalnya di sebelah Barat Laut China adalah daerah-daerah Rusia. (*)
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar