Sementara itu, harga keekonomian solar mencapai Rp 18.000 per liter, namun setelah ada subsidi, harga Solar jadi Rp 5.150 per liter.
“Sebetulnya pemerintah memberi subsidi besar sekali untuk setiap liter Pertalite yang dijual sampai Rp 9.550 per liter, solar lebih besar lagi,” ungkap dia.
Nicke mengimbau agar masyarakat melakukan penghematan penggunaan BBM untuk kegiatan–kegiatan yang produktif.
Pasalnya menurut dia, subsidi dilakukan untuk mendorong pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19 yang terjadi lebih dari 2 tahun.
“Jadi sebetulnya, upaya yang dilakukan masyarakat adalah penghematan penggunaan BBM. Lebih pada kegiatan produktif, karena subsidi ini digunakan untuk orang yang tepat dan juga mendorong perkonomian bergerak, yang mana itu penting bagi kedua pihak, karena beban negara besar sekali,” jelas dia.
Kata BPH Migas
Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrahman mengatakan, saat ini yang perlu dilakukan adalah pengendalian konsumen yang menggunakan BBM subsidi dengan menyusun strategi yang tepat.
Lewat langkah tersebut, konsumen yang berhak akan mendapatkan BBM subsidi.
“Kami sedang menyusun strateginya. Kita ketahui kuota Pertalite adalah 23,05 juta kilo liter di tahun 2022, sementara prognosa kita di atas 25 juta kilo liter, dan jika tidak ada pertambahan volume dari pemerintah, solusinya adalah pengeratan, dan konsumennya makin disaring,” jelas Saleh.
Sebelumnya, Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah mengatakan, meskipun kenaikan harga BBM adalah untuk yang pengguna non subsidi, bukan berarti tidak mempengaruhi golongan pengguna BBM subsidi.