Karena PGRS tidak menyerah, maka terpaksa TNI melakukan penumpasan.
Mulai saat itulah Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) menugaskan Hendropriyono dan pasukannya untuk memburu KKB Kalimantan PGRS dan Paraku.
Duel berdarah berawal saat informasi tentang Ah San bocor melalui istrinya yang berkhianat, Tee Siat Moy.
Siat Moy mau membantu Kopassandha dengan syarat Ah San tak dibunuh.
Maka, Hendropriyono pun memimpin 11 prajurit Halilintar Prayudha Kopasandha untuk meringkus Ah San hidup-hidup.
Mereka tidak membawa senjata api, hanya pisau komando sebagai senjata.
Hanya Hendropriyono yang membawa pistol untuk berjaga-jaga.
3 Desember 1973 pukul 16.00, tim mulai merayap ke sasaran yang jauhnya sekitar 4,5 km melewati hutan rimba yang lebat.
Rencananya operasi penyerbuan akan dilakukan pukul 04.00, keesokan harinya.
Di tengah kegelapan malam, anak buah Hendro juga berhasil melumpuhkan beberapa penjaga secara senyap.
Pukul 22.25 WIB, tim sudah sampai di lokasi yang ditentukan. Masih cukup lama menunggu waktu operasi.