Pihaknya pun mendesak agar aparat keamanan mengusut tuntas kasus tersebut.
JAMMI mendorong agar supremasi hukum ditegakkan dan para pelaku penembakan mendapat hukuman setimpal.
"Semua pelaku, baik aktor intelektual maupun eksekutornya harus diproses hukum dan menerima sanksi yang setimpal,” ujarnya.
Menurut JAMMI, kekhawatiran semakin bertambah ketika tokoh agamapun menjadi sasaran, padahal mereka adalah aktor yang selalu mengajak pada persatuan dan menjaga persaudaraan.
"Kedua tokoh agama ini wafat karena mencoba melindungi warga sipil lain. KKB tak hiraukan dan tak peduli bahwa yang melerai dan melindungi itu adalah tokoh agama. Namun mereka tetap jadikan target sasaran. Mereka juga tak peduli bagaimana nasib anak, istri dan keluarga para korban akibat aksi brutal dan bengisnya," katanya.
"Poin ini yang mestinya menjadi poin perhatian pemerintah dan aparat penegak hukum mengeluarkan kebijakan yang menjaga keamanan bagi masyarakat Papua dan menindak tegas para pelakunya sesuai hukum yang berlaku," ujar dia.
Para tokoh masyarakat, adat, pemuka agama juga para pemuda diajak agar tetap menjaga kondusivitas dan keamanan, ridak terpancing isu-isu yang bersumber dari berita palsu (hoax).
Irfaan berharap kejadian di Nduga merupakan yang terakhir dan tidak terulang lagi.
"Semua elemen tokoh masyarakat, pemuka adat dan agama agar tetap waspada dan menjaga keamanan. Percaya pada penegak hukum dan aparat keamanan. Semoga kejadian itu tidak terulang kembali."
"Jangan ada lagi korban dari masyarakat kecil yang mencari nafkah di tanah Papua menjadi korban yang sia-sia. Nilai-nilai kemanusiaan wajib dihormati dan dijunjung tinggi. Jangan ada lagi kekerasan pada masyarakat Papua,” jelasnya.
Dikutip dari TribunPalu pada 21 Juli 2022, hal senada juga disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama (MUI) Papua, Syaiful Islam al-Payage.