"Semua ini berbicara tentang kurangnya akuntabilitas Kementerian Pertahanan. Jika produsen (pribumi), perancang, pengembang (DRDO) dan pengguna akhir – Layanan semuanya berada di bawah satu kementerian. Siapa lagi yang harus disalahkan?" ujarnya
"Apa yang tampaknya membuat kasus untuk koordinasi yang lancar sebenarnya justru sebaliknya. Kalau tangan kiri penjual dan tangan kanan pembeli – hanya bisa satu arah – menurun," ungkapnya.
"Pertanyaan atau hanya temuannya juga tidak dipublikasikan, jelas ada lebih banyak yang disembunyikan - daripada diungkapkan," lanjutnya.
“Ingat, pilot melakukan tugas mereka dengan kemampuan terbaik mereka, pelatihan dan penilaian mereka, dengan peralatan yang disediakan untuk mereka. Tepat sampai akhir. Jangan sampai kita kehilangan kepercayaan mereka. Ubah apa yang harus kita lakukan,” tambah Capt Grup Sundeep Mehta.
Untuk diketahui, menurut data resmi (Kementerian Pertahanan dibagikan di Parlemen) sejak 2010, lebih dari 20 MiG-21 terlibat dalam kecelakaan.
Dalam rentan waktu 2003 hingga 2013, sekitar 38 pesawat MiG-21 jatuh.
Jumlah pilot IAF yang hilang dalam kecelakaan sekitar 170.
(*)