"Katakanlah misalnya peluru itu masuk dari perut bagian depan, menembus ke belakang, nabrak dinding ataupun sesuatu yang bisa memantulkan sesuatu tersebut," jelas Anton Castilani.
"Dengan kecepatan yang masih cukup tinggi, ini akan masuk lagi ke dalam (tubuh korban)," tambahnya.
Anton Castilani mengatakan hal ini kemungkinan besar bisa terjadi hanya jika Brigadir J berada di depan media yang keras.
Ahli forensik yang terlibat dalam penyidikan kasus bom JW Marriot tersebut juga menyinggung soal luka-luka lain di tubuhBrigadir J.
"Tentunya ada perbedaan bahwa ini luka sayat, luka bacok, luka tusuk, luka tembak baik yang frontal ataupun terserempet, meninggalkan bekas luka berbeda," beber Anton Castilani.
Sehingga, baik luka sayatan, lebam, atau luka lainnya seharusnya bisa segera dikenali oleh seorang ahliforensik
Sebagai informasi, hasil autopsi awal Brigadir J ini awalnya diungkap oleh Kapolres Metro Jakarta Selatan nonaktif Kombes Budhi Herdi Susanto.
Baca Juga: 'Kutukan Bagi Kami', Jet Tempur MiG-21 India Mengalami Kecelakaan, Dua Pilot Meninggal Dunia
Melalui konferensi pers, Budhi Herdi mengungkapkan ditemukannya tujuh luka tembak di tubuh Brigadir J.
"Dari hasil autopsi tersebut disampaikan ada tujuh luka tembak masuk dan enam luka tembak keluar," tutur Budhi Herdi.
"Dan satu proyektil bersarang di dada," tandasnya.
Dilansir dari Kompas.com, Brigadir J tewas setelah diduga baku tembak dengan Bharada E di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Jalan Duren Tiga pada 8 Juli 2022.