GridHot.ID - Marshanda sempat dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ) di Amerika Serikat (AS) selama dua minggu.
Terkait hal itu, Raffi Ahmad mengaku ingin membantu Marshanda melunasi tagihan biaya RSJ tersebut.
Dilansir dari Tribunnews.com, Raffi Ahmad pun meminta izin kepada sang istri, Nagita Slavina.
Raffi Ahmad meminta izin lewat sambungan video call.
Hal itu tampak di program acara For Your Pagi Trans7Jumat (12/8/2022).
"Jadi dia yang kemarin di Amerika itu loh, kamu udah baca beritanya belum?" ujar Raffi Ahmad.
"Iya yang hilang itu lo, ternyata dia masuk rumah sakit mental. Ada bill-nya Rp300 juta, yaudah aku bilang 'yaudah Ca semampu aku, aku bayarin'," sambungnya.
Kemudian Irfan Hakim menimpali percakapan Raffi dengan Nagita itu, lantaran Raffi terlalu bertele-tele meminta izin kepada istrinya.
"Mau dibayarin Raffi Rp300 juta lo tau nggak?" tegas Irfan.
Tenyata Nagita Slavina belum mengetahui bahwa Raffi ingin melunasi biaya rumah sakit Marshanda.
"Enggak aku nggak tau," ujar Nagita.
Raffi menyampaikan inti keinginannya kepada Nagita Slavina.
"Ini aku kasih tau sayang, ya kan nggak apa-apa kan kalau aku bantuin orang nggak apa-apa kan," ungkap Raffi.
Nagita yang kerap disapa Gigi sangat memperbolehkan Raffi untuk membantu orang lain yang mengalami musibah.
"Ya nggak apa-apa," jawab singkat Nagita.
Irfan belum merasa puas dari jawaban Nagita, ia kemudian menegaskan kembali ingin melunasi biaya rumah sakit Rp300 juta.
"Gigi Gigi Gigi Rp300 juta nggak apa-apa?" tanya Irfan dengan nada heran.
Nagita menjawab pertanyaan Irfan dengan raut wajah berpikir.
"Ya asal yang lain beres mah ya nggak apa-apa," kandas Nagita.
Raffi mengaku untuk suatu hal seperti membantu orang lain, ia tidak pernah meminta izin kepada Nagita.
"Kalau gue jarang ngasih tau ke Gigi," tegas Raffi.
"Karena udah tau yang mana uang Gigi, uang kantor, uang gue kita kan udah tau kaya gitu," imbuhnya.
Diketahui dari Kompas.com, Marshanda memang sempat membuat heboh jagat maya.
Arti peran itu membuat heboh usai dikabarkan menghilang di Los Angeles, AS.
Marshanda membeberkan bahwa saat dikabarkan menghilang, saat itu ia berada di rumah sakit jiwa.
Saat itu sahabatnya, Sheila, menelepon 911 karena mengira Marshanda hilang.
Namun, ternyata pihak 911 atau layanan darurat ini malah membawanya ke rumah sakit jiwa.
Marshanda mengaku saat berada di rumah sakit jiwa, ia mendapat perlakuan tak mengenakkan. Hal itu karena Marshanda menolak mengonsumsi obat dari rumah sakit jiwa tersebut.
"Gue sempet teriak-teriak, gue bilang 'Gue nolak minum obat ini karena gue mau menggunakan hak asasi manusia gue untuk melawan perintah kalian semua," kata Marshanda dikutip Kompas.com di kanal YouTube pribadi-nya, Jumat (5/8/2022).
"Pas gue ngomong begitu (menolak) tangan gue dikebelakangin, gue dijatuhin ke kasur, karena gue dianggap sudah overactive. Sampai gue disuntik karena sudah dianggap gue udah dianggap agresif," lanjut Marshanda.
Marshanda mengatakan, selama 14 hari di rumah sakit jiwa, ia tak diperlakukan dengan baik. Ia justru dianggap sebagai orang yang tidak waras karena masuk rumah sakit jiwa tersebut.
"Karena orang di penjara masih dianggap waras, orang di rumah sakit jiwa itu sudah dianggap enggak waras," ucap Marshanda.
Akhirnya, Marshanda memilih untuk nurut semua perintah perawat di rumah sakit jiwa itu. Marshanda juga berteman dengan orang-orang di rumah sakit jiwa tersebut.
"Gue jadi berteman sama mereka. Gue jadi dikenal paling nurut. Karena ini bukan pertama kalinya gue harus masuk ke mental health facility, pas gue cerai dan buka jilbab gue masuk di sana gue masih bisa ketemu keluarga,” kata Marshanda.
"Di sini enggak ada satu orang pun yang jenguk. Gue bingung, enggak tahu harus gimana. Jadi gue mikir jalanin aja, lu patuh lu makin cepat keluar dari sini," lanjut Marshanda.
Marshanda mengatakan, ia merasa makanan yang dimakanannya saat itu makanan sehat. Namun, mau tak mau ia harus memakannya selama di sana.
Saat di rumah sakit jiwa Los Angeles, ia hanya bertemu dokter sekali dalam sepekan.
Namun, setiap pertemuan itu hanya diizinkan bertemu dokter kurang dari 10 menit.
Marshanda hanya merasa dimanusiakan ketika mengikuti group session.
"Ada leader-nya baru di situ kita dianggap manusia. Pemerintah di sini, di Amerika enggak menghargai profesi kita sebagai nurse untuk mental instability, akhirnya gue ngerti kenapa kita di treat begitu," tutur Marshanda. (*)