"Bukan justru menyampaikan bahwa supply berlebih dan kita tidak boleh ribut. Ribut ini karena ada jeritan dari emak-emak yang terus mengalir kepada kami, sehingga kami mau tidak mau harus mendorong agar pemerintah mencarikan solusi," terang Abdullah.
Lebih lanjut, dia menyampaikan, persoalan kenaikan harga telur ini sudah terjadi sejak beberapa minggu terakhir.
Ia menguraikan harga telur naik dari Rp 27.000 per kilogram menjadi Rp 29.000 per kilogram, ke Rp 30.000 per kilogram bahkan sekarang sampai ke Rp 32.000 per kilogram pada Rabu.
Menurut pantauanya, saat ini merupakan harga telur ayam naik tertinggi sepanjang sejarah.
"Telur adalah komoditas yang cukup besar permintaannya. Jika tinggi harganya maka jadi masalah. Kami harapkan pemerintah bisa menyelesaikan persoalan telur dalam waktu sesingkat-singkatnya," pinta Abdullah.
(*)