Dengan keuntungan yang dimiliki, pada tahun 1968, ia membangun pabrik tekstil di Sukoharjo dengan nama UD Sri Rejeki Isman.
Pada tahun 1982, Sritex mendirikan pabrik Weaving.
Pada tahun 1992, mereka memperbesar pabrik dan produksi hingga menjadi perusahaan tekstil yang terintegrasi secara vertikal.
Unit bisnis yang dimiliki Sritex menjadi Spinning, Weaving, Finishing, dan Garment.
Hingga perusahannya berkembang dan dipercaya membuat seragam pasukan negara-negara di bawah North Atlantic Treaty Organization (NATO) pada tahun 1994.
Pesanan itu kemudian di ekspor ke 33 negara.
Perusahaan Sritex berkembang pesat.
Hingga Sritex berhasil melantai di bursa saham mengubah namanya menjadi PT Sri Rejeki Isman Tbk dengan kode emiten (SRIL).
Pada tahun 2012, laba perseroan sudah mencapai Rp 229 milliar.
Pada 5 Februari 2014, Lukminto meninggal dunia dan perusahaan tersebut dikembangkan oleh istrinya, Susyana.
Susyana menjadi Komisaris Utama Sritex sejak 2006.
Dia didampingi oleh Prof Sudjarwadi dan Megawati B Lukminto di jajaran Dewan Komisaris Sritex.
Kini Sritex telah memiliki 40.000 karyawan ini juga memiliki hotel, restoran, dan proyek properti lainnya serta GOR Sritex Arena, dan tim basket Sritex Dragon yang berlaga di liga bola basket nasional WNBL.
(*)
Source | : | TribunSolo.com,TribunJateng.com |
Penulis | : | Candra Mega Sari |
Editor | : | Candra Mega Sari |
Komentar